Reny Takut Pocong dan Segenap Ketakutan Lainnya

Seperti yang aku janjikan di postingan sebelumnya, kali ini aku bakal posting tentang pengalaman lucu antara aku, Ariesta, Kartini, dan tentu saja Reni. Tentu saja, karena Reni akan jadi objek utama dalam postinganku ini. Karena Reni, kami jadi susah berhenti ngakak . Bosan yang sebelumnya kami rasakan tergusur.

Ceritanya berawal dari Ariesta yang dilanda bosan saat pelajaran Bu Neni. Entah apa nama mata pelajarannya, yang jelas, di jam pelajaran itu disibukkan dengan dikte-an dari Bu Neni yang harus kita catat. Jarang banget ibunya bangkit dari tempat duduknya lalu menjelaskan pelajarannya secara rinci sampai kami paham. Yang dia lakukan hanya duduk manis di singgasananya, menceracau mendiktekan materi, mengultimatum tangan-tangan kami untuk bekerja keras menorehkan tinta di buku catatan. Mendengarkan, menyimak, lalu mencatatnya. Selalu begitu setiap minggu. Ngerti kaga, pegel iya. Ga tanggung-tanggung, berlembar-lembar kami nyatatnya. Kami tau sih ini demi kebaikan kami juga, demi belajar kami. Kalau ibunya ga kayak  gituya kami ga bakal tau materi pelajarannya. Minimal tau, kalau paham tuh urusan belakangan (ngg?!!) Tapi.. Ah, menyalahkan orang lain dan keadaan itu memang gampang ya.

Sontak Ariesta mengetuk meja, lalu mengangsurkan selembar tissue ke arahku. Baik banget kamu Ta, tau aja kalau aku lagi keringatan kepanasan, pikirku. Eh, tapi tissue-nya ada tulisannya.

"Agak bosan...."

Aku mengernyitkan dahi . Apa benar yang tertulis di tissue ini? Ariesta bosan?? Dan itu artinya, dia malas nyatat? Aku sih emang daritadi bosannya,. Kurasa aku wajar merasakan bosan. Justru yang ga wajar itu adalah ketika aku dengan semangatnya mencatat materi dari Bu Neni dengan tulisan super rapi mengalahkan ketikan komputer. Itu baru ga wajar. Lalu, ketika Ariesta, anak paling rajin yang pernah kukenal, merasakan kebosanan yang sama sepertiku, itu adalah ketidakwajaran. Apa dia terjangkit virus malasku?
Bukan hanya aku, Suci, Denada, Kartini, Reni, Emi, Nina, dan sekumpulan anak-anak malas-catat-pelajaran-bu-neni-mendingan-juga-tidur lainnya yang mengeluh bosan jika Bu Neni sudah beraksi mengeluarkan dikte-annya. Speechless gua.

"Gambar aja Ta. Biasanya kamu ngegambar lok.. Gambarin orang muka suram aja"

Ariesta menyanggupi permintaanku. Sret sret sret tsah. Goresan lincah pulpennya menghasilkan gambar wajah suram sesuai yang aku inginkan. Aku manggut-manggut.
Gak lama kemudian, Ariesta gambar lagi. Dia gambar pocong, asli serem abis. Pertamanya aku kaget bergidik ngeri, habis itu ketawa. Mirip banget eh haha.
Aku menoleh ke belakang, dimana tempat Reni dan Kartini duduk sebangku. Refleks ku sodorkan ke Reni.
Seperti yang kuduga, Reni langsung histeris ngeliat gambar pocong itu. Aku, Ariesta, dan Kartini cekikikan ngeliat wajah ketakutan Reni. Beneran lucu eh, dia ga teriak tapi bahasa tubuhnya tu nah bener-bener menggambarkan kalau dia takut banget.

"Gambaran aja tuh Ren.. Gpp aja tuh.." Kartini menenangkan, dengan muka menahan ketawa.

"Ih ndamau nah ih  pocong"

Ariesta mulai keluar jahilnya. Ditarohnya tissue pocong itu di depan Reni, di kotak pensil Reni, di pinggir meja. Kartini lebih parah, dia langsung menggulungkan tissue di pergelangan tangannya, kayak pake gelang itu. Trus tangannya dihadapkan ke Reni. Reni ketakutan banget. Mukanya itu nah, lucu, ga bisa dijelaskan deh. Kami ketawa ngakak sampai pulangan. Ariesta sampai bercucuran airmata ngeliat Reni. Dia jahil banget, makin Reni takut makin jadi dia. Aku sih cuma bisa nyumbang ketawa paling keras. Ariesta kayaknya udah lupa sama kebosanannya tadi.

Besoknya, Ariesta tampak tekun di mejanya, pagi pagi belum masukan kelas. Seingatku ga ada PR buat hari itu. Rasa penasaran mendorongku.

"Lagi ngapain Ta?"

"Lagi bikin pocong-pocongan buat Reni, haha"

Kreatif sekali. Dia bikin pocong mini dari tissue, terus digambar, terus diikat pake karet rambut yang kecil-kecil warna hitam. Ketawa ngakak lagi deh. Reni tambah ketakutan. Belajarnya jadi ga tenang. Terus-terusan dia nutupin mukanya pake buku, biar ga saling berpandangan dengan pocong mini buatan Ariesta. Reni lucu banget kalau ketakutan, pikir kami. Gelegar suara tertawa kami terdengar sampai ke penjuru kelas, membuat anak-anak lain menatap aneh.

Reni memang anti banget sama yang namanya hantu. Mending setan katanya daripada hantu. Lagu Gloomy Sunday-nya Billie Holiday, yang konon katanya mengandung kutukan bunuh diri, dia takutkan. Di saat aku, Chintya, Dina, dan Dea asyiknya mendengarkan alunan lagu itu, dia malah mengungsikan diri. Kutukan itu hanya mitos, buktinya ga ada satupun dari kami yang mati konyol karena sebuah lagu. Awalnya memang nyeremin sih, suara penyanyi menggema gitu. Aura mistis mulai teras begitu lagunya diputar. Lama kelamaan lagu itu betah di kuping, bikin ketawa. Kami mencibir mitos yang ada.  Tapi tidak pada Reni, dia masih keukeh takut sama lagu. Kami puas deh ngeliat muka ketakutan Reni. Bukan maksud mau mengolok, itu jadi hiburan tersendiri sih. Mukanya tu nah bikin orang ketawa ngakak sampai tenangis. Singkatnya, ketakutan Reni adalah hal yang menyenangkan bagi kami.

Padahal ku pikir, Reni itu ga kenal rasa takut loh. Dia berjilbab, anggun, ciri-ciri muslimah sejati gitu deh. Ternyata oh ternyata... Dia hobi ngelawak Dengan kata-kata spontannya yang langsung aja keluar dari mulutku, dengan selera humornya yg cenderung fresh, dengan ketakutannya. Kayaknya dia tuh takut sama segala hal deh. Habisnya, kalau cerita pocong dia takut, sama lalat dia takut (geli gitu dikerubungin lalat katanya), sama wig rambut dia takut (dia beranggapan wig itu terbuat dari rambut org yang sudah mati, dan segala makhluk hibup terutama manusia yg mati adalah hal yang menyeramkan baginya), sama suara gabus digesek (suaranya berdecit bikin kuping merinding, tapi bagi kami ga begitu), sama kucing hitam dia takut (aku juga takut sih sebenarnya, haha), sama bu tutik dia takut. Apa sih yang ga kamu takutkan tuh , Ren? Tanya kami serempak, membuat Reni cengir selebar-lebarnya.

Yang jelas, aku nganggap ketakutan Reni yang ga wajar (???!!) itu sebagai hiburan. Kalau lagi bete, begitu teingat histeria Reni yang takut sama pocong mini ataupun gabus yang digesekkan, aku sontak cekakak cekikik sendiri.

Reni oh Reni.. Muslimah penakut segala, muslimah unik :D

*maaf ya ren, ga maksud share aib kok, aku kagum aku kagum sangat sama kamu

You Might Also Like

0 komentar