Disiplin Dengan Denda, Lebayatun Abis~~

Begitu memasuki kelas, aku, Reni, dan Kartini dikejutkan oleh kertas yang ditempel di pojok kanan, tepat dekat rak sepatu. Kami membacanya perlahan, lalu diakhiri dengan jeritan histeris serempak. Isinya begini, "Charger handphone di kelas atau di sekolah DENDA Rp 3.000,-". Belum habis keterkejutan kami, lengkingan Nia terdengar di seantero kelas, mengultimatum Puji dan Yuni agar melepas sepatu mereka. Grasak-grusuknya anak-anak kelas XI AP 2 lainnya dalam memperbaiki letak helm yang semulaya ditaroh dengan pewe dibawah lantai. Aura kedisiplinan mulai tercium kuat menusuk hidung. Ada apa dengan kelas ini? Dimana kenyamanan, kebebasan, dan keberingasan yang selama ini mengakar?

Tak sampai disitu, Bu Neni dengan lantangnya mengumumkan suatu gebrakan baru untuk menyongsong kemajuan XI AP 2, yaitu DISIPLIN DENGAN DENDA. Bagi siapa saja yang berada dalam lingkup XI AP 2 (kecuali guru) yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan, akan dikenakan sanksi berupa denda. Pelaku-pelakunya akan dicatat dan diarsipkan oleh Nia selaku sekretaris kelas. Uang denda masuk ke kocek uang kas kelas yang diamanatkan Bu Neni kepada Nuri. Apa saja peraturan tersebut, tarif dendanya, beserta seluk beluk lahirnya peraturan tersebut? Kita saksikan setelah pesan-pesan berikut, tetap di On The Spot. Eh, lihat di bawah ini :

*)Tidak piket nyapu kelas DENDA Rp 10.000,-
Denda ini digalakkan karena seringkali banyak yang mangkir tugas piket nyapu kelas. Main kabur gitu aja. Malas, itu alasan utamanya. Aku pun suka rada malas kalau udah ingat jadwal piket yang mencantumkan namaku. Ingat jadwalnya aja malas apalagi ngelaksanainnya. Eh tapi aku nyapu kok, daripada dipelototin Nia mendingan ngalah sama kemalasan diri. Ya cuman nyapu sekelebat gitu, ga sampe 10 menit. Pengen cepat-cepat pulang sih haha.

*)Tidak lepas sepatu ketika masuk kelas DENDA Rp 5.000,-
Kelas XI AP 1 dan XI AP 2 terkenal akan kebersihan kelasnya, karena pada saat belajaran sepatunya dilepas. Jadi, kami ga pakai sepatu saat di kelas, sehingga lantai so putih so bersih hanya so klin pemutiiiiihhhh. Kebiasaan itu dilestarikan meski dengan wajah-wajah ga ikhlas. Masalahnya, sebagian dari kami malas melepas sepatu. Udah terlanjur menempel di kaki lah, takut kaos kaki kotor lah, ribet kalau mau keluar kelas harus pasang sepatu lagi lah. Alasan-alasan dengan label malas itu pun kini berusaha ditebas dengan peraturan diatas.  Bagus sih, kita jadi tertib nan disiplin.

*)Charger hape di kelas DENDA Rp 3.000,-
Mungkin karena menjamurnya pemakai BB di kawasan XI AP 2, peraturan ini ditetapkan. Tiap menit tiap detik, stop kontak di pojokkan kelas selalu penuh dengan jejeran hape BB dan sepanjangan kabel charger. Aku rada ngerasa ganjil dengan peraturan ini. Menurutku, hape BB kan boros baterai, jadi wajar aja lah di charge terus. Toh, kegiatan pen-charger-an BB ga mengganggu proses belajar mengajar kan? Masih bisa belajar dengan tenang kan kalau ada BB tergeletak sedang di-charge?
Kenapa harus pake DENDA? Apa karena pemakaian listrik sekolah jadi boros gara-gara hadirnya BB? Hmm.. atau karena si penetap denda itu rada envy ngeliat orang-orang pemakai BB asyik men-charge? Sstt.,. malah su'udzon.
Yang perlu ditanyakan, bagaimana dengan hape-hape berkasta jelata seperti hapeku? Kalau baterainya low, mau nge charge dimana lagi? Ah, cuma Rp 3.000,- aja kok #sombong

*)Sepatu tidak ditaroh rapi DENDA Rp 5.000,-
Meski peraturan ini sudah berjalan dari kemarin, masih banyak yang mucil menaroh sepatunya sembarang tempat. Aku adalah salah satu dari sekian anak-anak muci itu. Taroh sepatu di depan pintu, di pojok belakang, di bawah kursi. Melihat hal itu, Bu Neni selaku wali kelas menyuruh kami supaya sepatu dikasih label nama, kemudian diabsen supaya terdeteksi siapa-siapa aja yang naroh sepatu sembarangan. Haaaah lebay ya? Kami bakal tertib kok tanpa pemberian identitas diri di sepatu kami. Masih ga cukup denda? ~~

*)Penyusunan helm tidak rapi DENDA Rp 2.000,-
Rasanya ga ada tempat lagi buat menaroh helm secara rapi. Meja dan bangku sudah pada dipake. Maka dengan terpaksa helm-helm kami dihamparkan ke seluruh penjuru lantai pojok belakang. Ga rapi? Ah, ga juga. Palingan agak terbolak-balik yang mana depan yang mana belakang. Sangat mengganggu kah? Ah, manaada. Pake denda segala, lebay banget. Makin ga wajar aja peraturannya.

Meneliti peraturan-peraturan lebay di atas, aku jadi prihatin. Rasanya anak TK ga gini-gini banget. Kenapa ga sekalian aja ditambah-tambahi peraturan baru biar makin perfect kelas XI AP 2 #bweeekk. Ini dia, hasil pemikiran iseng dari aku, Reni, Ariesta, dan Kartini.
1. tidur di kelas DENDA Rp 20.000,-
2. makan di kelas DENDA Rp 10.000,-
3. ngobrol di kelas DENDA Rp 5.000,-
4. ngerjakan PR DENDA Rp 20.000,-
5. izin ke toilet pada saat belajaran DENDA Rp. 5.000,-
6. ketawa sampai gigi keliatan DENDA Rp.Rp 6.000,-
7. main hape di kelas DENDA Rp 10.000,-
8. nangis DENDA Rp 8.000,-
9. ngupil DENDA Rp 2.000,-
10. nguap DENDA Rp 3.000,-
11. minjam tipe-x DENDA Rp 20.000,-
12. bawa bekal DENDA Rp 5.000,-
13. nginjak lantai DENDA Rp 4.000,-
14. foto-foto di kelas DENDA 7.000,-
15. nyanyi DENDA Rp 5.000,-
16. buang angin DENDA Rp 10.000,-
17. bernafas DENDA Rp. 10.000,-

Tuh, ditambahin 17 peraturan lagi, biar makin lebay, biar makin disiplin, biar makin pinter, biar cepat lulus!!
Peraturan kok mencekik gini? Kelas XI AP 1 sampe ketawa ngeliat segudang peraturan beserta dendanya. Dea jadi rada malas ke kelasku. Iya sih, kalau aku jadi Dea aku juga bersikap yang sama kayak dia. Malas banget ngeliat peraturan yang menghibaki kelas. Mau perfect kok kesannya maksa ya?

Disiplin itu kan kesadaran dari dalam sendiri, bukan dari denda
Sekian.

You Might Also Like

3 komentar

  1. tambahan cha ....
    tidur dikelas + ngiler DENDA Rp. 25.ooo

    hahahahaha :D

    BalasHapus
  2. Belajar dari Singapura, kotanya bersih banget. Buang sampah sembarangan didenda.

    BalasHapus