Kicha Hairunniall Jatuh Apa Adanya

Keadaan rumah sama pikiran lagi gak matching. Aku sama Nanda behinip di kamar atas, satu dari dua tempat yang gak terjamah pembongkaran. Rumahku lagi berantakan, lagi pecah, lagi dibongkar, bahasa kerennya lagi direnovasi. Suasana gaduh dengan suara perkakas tukang.  Sedangkan pikiranku lagi tertata hari ini, aku gak bete gak sedih gak ada awan hitam ngikutin, tapi gak bahagia-bahagia amat sih. Cuma ngerasa tenang. That’s all.


Dengan pikiran tenang yang jarang-jarang datang kayak gini harusnya aku manfaatin buat belajar Agama sama IPA, mata pelajaran yang diujikan buat UAS besok. Yang ada aku malah keasikan baca novel sambil dengerin lagu. Spesifiknya, baca novel Perahu Kertas sambil dengerin lagu-lagunya One Direction. Oke, dua unsur tadi berperan penting dalam postingan kali ini.

Nggg gini, sebenarnya aku tadi belajar sih, buka-buka soal kisi-kisi maksudnya, tapi gimana ya, novel Perahu Kertas-nya Mbak Dee yang kuculik dengan izin Tata dari mushola sekolah ngegoda buat dibuka. Basi ya ketinggalan jaman banget novel keluaran tahun 2009 itu baru aku bisa sekarang bacanya. Aku sebenarnya udah cari kemana-mana itu novel tapi gak ada yang versi asli kayak gitu, yang ada versi jilid terbaru yang covernya kayak cover filmnya. Walaupun isinya sama tapi gimana ya, kurang srek aja gitu, kayak bukan huge fan-nya aja kalau beli yang versi itu. Aku aja kaget pas selesai praktek shalat kemaren, aku nemuin novel itu di atas lemari yaudah kubaca. Aku pun mau minjam dan kutulis namaku di buku daftar peminjaman buku yang letaknya juga di atas lemari, punya mushala, punya anak IRMA. Pas aku tanya Tata itu bukan punya perpus mushala, udah seminggu tegeletak disitu dan gak tau punya siapa. Terus kata Tata bawa aja. Pffttt jadi bagi kalian yang ngerasa kehilangan novel Perahu Kertasnya silahkan hubungi saya, saya bakal nawar berapa novel ini bisa dibeli fufufufufu.

Ada banyak perbedaan antara di novel sama di film. Kalau aku jatuh cinta sama filmnya, berarti aku jatuh cinta berat sampai mati sama novelnya. Pemilihan kata Dee yang lugas dan cerdas seta nampakkin (dan bukan pamer) kalau dia itu berwawasan luas yang bikin aku jatuh cinta. Lawakkannya yang gak basi dan romantismenya itu berpadu sempurna, kayak kopi dicampur susu. Di novel, lukisan Keenan yang masuk galeri dan dibeli sama Wanda ada empat, kalau di filmnya cuma tiga. Iklan Tammies Bar yang idenya dicetuskan sama Kugy kalau di film berganti nama jadi Frocolla (bener gak ni tulisannya?) trus captionnya bukan “Kelezatan Tanpa Banyak Kata” tapi jadi “Kelezatan Tanpa Banyak Bicara.” Konflik Noni yang cemburu karena Eko pernah suka sama Kugy gak ada di film. Luhde yang ternyata ditaksir diam-diam sama Banyu (kayaknya namanya itu) cuma ada di film, di novel gak ada, begitu juga dengan rekan kerja Remi yang naksir Remi dan cemburu abis liat Kugy sama Remi jadian. Karakter Keshia yang centil kurang bahkan gak ada ditampilkan dalam film. Aaaa coba ada Mamak Wilda disini, ikut baca novel bareng aku. Ngerasain euforia Perahu Kertas kayak waktu kami nonton filmnya~

Dari semua perbedaan itu yang entah kurang entah lebih, sosok Keenan gak berubah. Adipati memang cocok meranin Keenan yang blasteran, rambut gondrong, introvert, tenang, jiwa seniman abis, pinter, mandiri. Baik di novel maupun filmnya aku senyum-senyum gitu kalau udah ada Keenan. Sebenarnya dia gak romantis, tapi juga gak bisa dibilang kalau dia gak romantis. Gimana ya, dia tu tulus ngelakuin sesuatu buat Kugy, buat Luhde juga. Ngomong-ngomong soal Luhde, Eliza siapa kah gitu nama panjangnya aku lupa, dia keren banget meranin Luhde, cucok boo. Dengan ngebaca novelnya aku makin simpatik sama Luhde, yang anggun, dewasa, bijak, pintar, lembut, kayak malaikat. Tokoh Eko sama Noni juga gak kalah keren diperanin. Eko malah tambah konyol kalau di filmnya. Dan huufffh, Kugy, ya Kugy, aaaaah I’m in love with Kugy!!!! Pas nonton filmnya aja aku udah jatuh kagum sama manusia, eh tokoh satu itu, pas baca novelnya ya ampun nambah dua kali lipat deh.  Malah aku jadi rada sensi sama Maudy Ayunda, yang meranin Kugy, kayak gak cocok gitu, kayak maksain jadi Kugy. Maudy gak bisa meranin cewe mungil berjiwa khayal gila spontanan punya mata berbinar penuh imajinasi, menurutku karakter rada tomboy dan cueknya Kugy pas Maudy meranin kayak dibuat-buat gitu. Ujung-ujungnya aku jadi kesel sama Maudy. Pas aku ngomel-ngomel sendiri tentang Kugy-gak-cocok-diperanin-Maudy, Nanda nyeletuk,

Memangnya kalau bukan Maudy Ayunda, siapa yang menurut kau pantas meranin Kugy-Kugy itu?”

Aku nelan ludah. Pertanyaan macam apa itu? Retorik kah, samar kah, nyindir kah---- Aku dipaksa buat mikir, ngg oh iya sih siapa ya yang pantas meranin Kugy?

Gatau, gatau, gatau. Aku jadi malu sendiri, enak banget ya aku daritadi nge-judge Maudy sembarangan, padahal dia udah meraninnya dengan baik. 

Ngaca dulu Cha, ngacaaaaa. Kamu bisa gak kayak dia?

Kugy terlalu unik buat diperanin sama siapapun. Aku rasa gak ada makhluk teraneh kayak Kugy. Makhluk yang beda, yang gak ragu jadi dirinya sendiri.

Aku kagum sama Kugy. Makhluk ciptaan Dee itu bikin aku ngerasa bahwa jadi unik itu adalah anugerah Tuhan. Jadi anak urak-urakkan, anak yang yang punya pola pikir sendiri dalam ngeliat apapun, anak yang selera musik sampe fashionnya asli 80’an, anak yang punya kebiasaan aneh yaitu suka ngirim surat ke Neptunus, anak yang selalu ceria spontan tapi tetap memperhitungkan, anak yang berusaha menggapai mimpinya jadi penulis dongeng di saat semua orang bilang itu gak realistis, anak yang berhasil mewujudkan dongengnya sendiri dalam wujud Keenan. Pengen rasanya---kalau Kugy itu beneran ada—aku meluk dia erat-erat sambil bilang makasih. Trus minta ijin buat ganti nama jadi Kicha. Serius.

Seperti yang udah aku bilang di atas, dua unsur di atas ---Perahu Kertas dan One Direction--- megang peranan penting di postingan ini, nah kan Perahu Kertasnya udah, sekarang ke One Direction-nya, oke, lebih tepatnya ke Niall-nya. Tau Niall? Itu loh, salah satu personilnya One Direction itu, yang nama lengkapnya Hairunnial. Eh eh jangan protes, nggg maksudnya Niall Horan pemirsaaaa. Karena keseringan ngonsumsi majalah Kawanku di Perpustakaan Daerah dan isinya selalu dijejalin liputan One Direction tiap edisinya, aku jadi keranjingan sama Niall. Aku baca profil tentang Niall gitu, yang bikin aku jatuh cinta sama dia sebenarnya bukan sama wajahnya atau suaranya, tapi karena personality-nya. Dia sekolah di sekolah khusus cowok, trus dia orangnya rada canggungan sama cewe, dia suka makan, pokoknya hidupnya diabdikan buat makan. Kalau disuruh milih antara pizza dan cewe, dia lebih milih pizza. Dia gak bisa hidup  tanpa tidur. Kalau dia membagi makanannya sama seorang cewe, berarti dia percaya kalau cewe itu jodohnya. Dia kesel ngeliat fans nangis kalau liat dia, atau beteriak kencang, pokoknya dia gak suka fans menganggapnya seolah kayak dewa. Dia gak gampang jatuh cinta, jarang deket sama cewek, jarang digosipin tentang masalah percintaan. Dia paling ramah di antara semua personil Direction. Dia gak matok tipe cewe favorit, yang jelas jangan sampe suara kentut cewe itu lebih keras dari suara kentutnya.

Berawal dari tau itu aku jadi pengen tau lebih banyak. Aku download hampir semua lagu-lagu One Direction, dengerin, lalu menganalisis kira-kira yang mana suara Niall. Aku gerilya Google buat cari foto-fotonya Niall. Lama-lama aku jadi jatuh cintrong sama muka Irlandia-nya, sama mata birunya.

Niall beda sama cowo kebanyakan, sejauh yang aku tau. Niall gak berusaha buat jadi maskulin, jadi macho, jadi atletis, jadi charming, jadi--- Cowok kelahiran Irlandia, 13 September setahun lebih tua dari aku itu apa adanya, gak jaiman, gak berusaha buat keren, tapi gak terlalu cuek-cuek banget sih. Niall bangga jadi dirinya sendiri. Niall bangga jadi Irish. Niall bangga punya mata biru. Niall bangga sama passion-nya ke makanan.
Kayaknya jarang ya ada cowok se-apa-adanya Niall. Oke, sepolos Niall. Polos yang bukan dalam artian gak tau apa-apa, dalam artian anak baru kemarin sore, anak bau kencur. Polos yang dalam pengertianku berani apa adanya, berani jadi diri sendiri, terang-terangan nunjukkin kebiasaan aneh dan unik yang bisa aja bikin ilfeel. Mungkin cewe-cewe di luar sana bakal mencak-mencak kesel begitu tau Niall lebih milih pizza dibandingkan cewe. Mungkin mereka bakal mencap Niall cemen penakut atau apalah kalau tau Niall gak pintar gombal dan cenderung gugup deketin cewe. Tapi enggak buatku, sama sekali enggak. Aku jadi ngefans ya gara-gara itu. Aneh? Aaaa Niall!!!!!!!!!

Udah ya, kedua unsur tadi udah bekerja dengan baik. Kalau boleh nyimpulkan sih, ngg gini jadinya, oke, huuffhh, gak selamanya yang cantik atau ganteng itu yang dicari, yang disukain, yang dicintain. Banggalah pada apa yang kita punya, karena itu akan menjadi identitas kita bahkan menjadi radar kita buat nemuin cinta sejati kita. Seperti di Perahu Kertas, Keenan lebih milih Kugy daripada Wanda padahal Wanda jelas lebih cantik dari Kugy. Gak selamanya juga pas ngeliat wajah seseorang kita langsung suka, langsung jatuh cinta. Terkadang kita harus kenal kepribadiannya lebih jauh untuk bisa ngerasain itu. Kadang juga hal yang aneh di mata orang malah keliatan istimewa di mata kita. Seperti rasaku ke Niall haha. Intinya, jangan ragu jadi diri sendiri, janga pernah berniat jadi orang lain karena itu capek banget sumpah. 

Dan ehm, kayaknya kedua unsur yang apa adanya itu, oke ralat, dua manusia---satunya fiksi satunya non fiksi--- itu juga bekerja di prosesi jatuh cintaku ke Zai. Aku jatuh ke dia apa adanya, dan dia pun begitu.

Selamat menjadi apa adanya.

You Might Also Like

0 komentar