Membandingkan Menghitung Menggrafikkan Mengskalakan

Sehabis latihan teater tadi, aku merenung. Cukup lama... hingga terlupa bahwa badan ini butuh pembersihan diri (baca: mandi) Entah marah, entah sedih, entah bingung, entah apa yang sebenarnya ku renungkan.

Yang jelas, dari semua ketidakjelasan itu, aku terfokuskan oleh suatu  pemikiran, atau lebih tepatnya sebuah pertanyaan... KENAPA AKU BUKAN DIA?

Ya, pertanyaan itu menjadi beban di pundakku. Menjadi bercabang menjadi beberapa bagian kecil bahkan besar. Pertanyaan itu timbul karena beberapa sebab.

Aku kagum pada kelebihan yang dimiliki sahabatku. Kelebihan yang gak ku miliki. Lagian juga, untuk memilikinya, aku harus berjuang keras. Dia sangat berbeda denganku. BEDA. BEDA. SANGAT BEDA.

Dia baik, supel, humoris, kehadirannya selalu dianggap menyenangkan. Dia selalu dibutuhkan. Dia selalu diunggulkan. Dia bahagia dimanapun dia berada. Dia pintar berinteraksi dengan lingkungannya. Dia punya banyak teman. Kurang apalagi coba?

Sedangkan aku, pendiam dan  tidak bisa mengeluarkan katakata ajaib pengundang tawa seperti dia. Aku pemalu, aku jelek, aku kekanak-kanakkan. Kurang apalagi ha'?

Lama-lama rasa kagum itu merembet ke arah iri, lalu dengki, lalu benci. Apapun yang kulakukan selalu dibandingkan. Sebenarnya aku merasa sangat berdosa, dia ga pernah buat salah sama aku. Bukan dia yang salah. Tapi TAKDIR YANG SALAH ! Keadaan yang memaksaku untuk iri-dengki-lalu-benci kepadanya

Bagaimana bisa gak benci?
Aku benci keadaan ini, ketika aku jalan berdampingan dengannya, lalu orang-orang hanya menatap dia. HANYA MENATAP DIA. Anggaplah, bahwa dia putih, dan aku hitam. Dia terang benderang, dan aku gelap tak nampak. Aku dianggap ga ada. Gak pernah ada. Gak akan pernah ada.

Orang-orang mungkin saja berpikir bahwa aku ga bisa apa-apa, adan aku selalu bergantung padanya.
Berpikir bahwa aku parasit bagi dia. Bodohnya aku bersahabat dengannya, bodohnya aku mau dianggap seperti itu. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi, ini bukan bodohku! Ini bodohnya mereka, selalu membandingkanku dengan dia.

Emang mereka ga tau, gak ada orang yang suka dibanding-bandingkan?

MEREKA BODOH! MEREKA GA TAU TEORI ITU!

Aku minder. Aku menyerah.

Hargai aku nah, beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku masih ada. AKU MASIH HIDUP KOK, AKU MASIH ADA DI DUNIA INI. Kalian salah kalau menganggapku udah mati, atau bahkan menganggap bahwa ICHA itu teman kalian, sama seperti dia juga. Stop membandingkanku, menggrafikku, dan mengskalakuuuuuuuuuuuuu huhu.

You Might Also Like

0 komentar