Keputusan Lucu

Pulang sekolah, aku dihadapkan dengan muka suram Nanda. Dia nyeritain kalau dia dan Musdalifah (kebetulan dia anak teater, jadi aku kenal) akan dipindahkan ke kelas X AP 2 tanpa alasan yang jelas dan signifikan.Sambil menahan air asin keluar, dia menuturkan kejadian tersebut dengan runtut. Sebagai kakak yang beriman, aku mendengarkan dengan konsen. Minum cerebrovit ex-cel.

Semua berawal dari Taufik, teman sekelas Nanda. Taufik ini katanya gak betah di kelas X AP 1, karena takut dimangsa oleh wanita-wanita beringas nan buas yang jumlahnya mendominasi kelas. Maklum, jurusan administrasi perkantoran. Jadi, kakek nya Taufik ini datang ke sekolah, minta cucu kesayangannya itu dipindahkan ke kelas yang banyak lelakinya, yaitu kelas X AP 2. Pihak sekolah pun menyanggupi. Tapi... harus mengorbankan tumbal yaitu Nanda dan Musdalifah. Nama mereka tiba-tiba gak ada di absen. Pak sebut-saja-ia-bla bla bla, ketua program administrasi perkantoran pun datang menyambangi kelas. memberitahu kabar yang sangat gak enak. Nanda dan Musdalifah dibarter dengan anak laki-laki dari kelas X AP 2. Anehnya, Taufik malah tetap tinggal di kelas. Namanya tetap ada di absen. Dan itu artinya, dia gak jadi pindah. Percuma aja kakek nya datang capek-capek.

Sudah bisa ditebak, tangis Nanda langsung pecah. Harus berpisah sama teman-temannya, harus pindah di kelas yang sama sekali gak pernah diinginkannya, harus beradaptasi lagi, harus cari-nyortir-mengarsipkan sahabat baru lagi, harus... Begitu banyak 'harus' yang akan dilakukan. Dan itu gak mudah. Butuh waktu. Butuh tenaga. Butuh mental baja. Musdalifah gak kalah tanjal. Nanda dan Musdalifah lantas saling berpelukan. Tiba-tiba Nurul (teman Nanda yang setahuku paling lengket sama Nanda) datang, dan mengatakan. "Nanda, jangan pindah.. selama ini kamu yang baik betul sama aku.." 

Seharusnya, hari ini juga mereka sudah ada di kelas X AP 2. Tapi, mereka masih shock, sama sekali belum siap. Kalau besok, mereka gak mungkin mengelak. Tinggal menunggu keputusan Bu Sri (wali kelas X AP 1) besok, apa dia menyetujui perbarteran ini. Ku harap, Bu Sri berkata TIDAK.

Gak ada yang bisa kuperbuat untuk menghibur Nanda selain berkata "Iyaaa sabar aja, Pak Bla Bla Bla itu kuda nil memang!!". Aku gak mungkin mengelus kepala Nanda, membenamkan kepalanya ke pelukanku, mengusap air matanya, menyusuinya. Aku bukan sosok kakak baik bijaksana seperti yang ada di serial FTV jam dua siang. Tidak!! Aku geli kalau harus melakukan kayak gitu. Rasanya ganjil gitu deh, kaku malah. Jadi, yang bisa kulakukan hanya membantu dia menyumpah serapah Pak Bla Bla Bla. Kadang kuselingi dengan cerita garing tentang cowo-cowo alay berkaos ketat celana sepinggul. Kurasa itu sudah cukup menunjukkan aku sayang. Minimal, aku masih peduli sama dia.

Setelah dia puas menceritakan kejadian madesu itu, dia pun pergi ke dapur. Nangis terlalu lama membuat lambung cepat kosong. Bukannya ikut makan, aku malah sibuk bertanya-tanya dalam hati.

Kenapa harus Nanda yang pindah? Kenapa bukan yang lain aja???

Oke, pertanyaan di atas jadi kesannya memihak Nanda banget. Gak, aku gak sepenuhnya memihak. Aku cuma bingung kenapa harus Nanda dan Musdalifah yang pindah. Kenapa harus mereka? Kurasa, mereka cukup pintar.Gak sensasional seperti anak AP kebanyakan. Apa ada faktor tertentu yang membuat mereka ditimpa kemalangan ini? Aku gak ngerti sama sekali. Gak masuk akal. Gak ada unsur pemakaian logika dalam keputusan ini.
Dulu, waktu aku lagi pengen-pengennya pindah kelas karena aku gak sekelas sama Nina, kalau gak salah itu pas hari kamis habis MOS. Aku sama Puji langsung bilang ke Bu Yayuk kalau kami pengen pindah ke X AP 1. Bu Yayuk menolak permintaan kami. Padahal, itu baru-barunya masuk kelas, kan bisa aja lok pindah kelas. Lah kalau yang sekarang, udah mau masuk ke semester 2, malah pindah kelas. Udah keburu betah, atuh!! Dih, aku jadi keikut emosi juga nah. Campur sesenggukan juga. Kalau aku jadi Nanda, aku bakal merengek-rengek minta pindah sekolah deh. Biar sekalian daripada nanggung-nanggung kayak gitu. Iya kan?
(ternyata masih lebih dewasa pemikirannya Nanda dibanding aku, hiks)

KESALLLL!!!! Gak bisa dibayangin kalau aku dipindahkan ke XI AP 1, misalnya. Iya sih katanya XI AP 1 itu bagus, tapi... XI AP 2 udah jadi separuh jiwaku u,u Dimana lagi tempat pewe selonjoran ria kalau bukan di XI AP 2 :D


Hahaha. keputusan yang sangat lucu. Aku jadi pengen ketawa terus kalau ngingat keputusan memindahkan murid-muridnya secara paksa dan sepihak.  Surprise yang sangat keren. Gara-gara keputusan yang LUCU ini, aku jadi bisa ngeliat orang nangis tanjal sambil nyebut-nyebut nama kelas.  Benar-benar bikin orang jantungan deh. Lucu banget. Kreatif !!!!!

Salam sindir.

You Might Also Like

0 komentar