Hairunnisa. Hanya itu.

Aku jadi rada malu sendiri ketika guru masuk dan mengabsensi murid-murid. Setiap nama yang dipanggil punya makna yang bagus, enak didengar.

"Anis Alfiah.."


"Kartini Apriyanti.."


"Malwa Awwami.."


"Reny Puspita Sulistyaningrum.."

"Suci Rhemanda Saputri.."


"Puji Wahyuningtyas.."


Dan...

"Hairunnisa! Hairun? Hairunnya ada?"


Jleb.


Hairunnisa. Hanya itu namaku. Tanpa embel-embel nama keluarga di belakangnya. Tanpa nama pemanis yang menandakan bulan lahirku. Kalau dibandingkan dengan teman-teman sekelasku, waaaaaahhh jauh sekali. Nama mereka panjang, punya makna, keren. Maka Reni sering manggil aku Hairun Hairun gitu lagi. Kayak nama cowok hikss.


Padahal dulu waktu masih SD, aku bangga banget sama nama lengkapku. Singkat, padat, dan jelas, kayak ciri-ciri pengumuman. Kalau mau UAN, lingkarin namanya gampang, gak panjang-panjang dan lama kayak nama temanku yang namanya Aris Mustriadi Wicaksono Swastya Putra.
Namun dibalik kesingkatannya itu, nama lengkapku menyimpan makna yang dalam. Yang konon katanya,setelah ku telusuri kitab suci al-qur'an dan tanya sama mama papa semua, arti dari namaku yaitu sebaik-baiknya wanita.Wow.
Tingkat kepedeanku langsung melonjak drastis. Sana sini aku memamerkan makna namaku itu ke teman-teman. Menanyai mereka. lalu menangis sesenggukan jika makna nama mereka lebih bagus daripada namaku. Ya namanya juga anak SD, iri-irian gitu deh. Aku pun nekat melepas nama kecilku, yaitu Icha, dan menggantinya dengan nama Nisa. Saking bangganya.

Pas SMP, ada yang janggal dari namaku. Guru-guru sering salah tulis kalau nulisin namaku.  Aku mulai sadar ketika anak kelas sebelah punya nama yang sama kayak namaku. Khairunnisa namanya. Coba perhatiin, ada huruf 'K' sebagai huruf depannya. Lantas, aku menanyakan status makna namaku. Guruku bingung. Aku ikut bingung. Kata beliau, namaku itu gak ada maknanya. Aku ngotot. Beliau geleng-geleng. Aku angguj-angguk. Ibunya geleng-geleng.

Sejak saat itu, aku jadi bingung sendiri sama arti dari namaku. Campur malu juga. Dulu bangga, sekarang nelangsa. Aku protes ke mamaku. Mamaku bilang kalau dulu sebenarnya waktu aku bayi, aku mau dikasih nama Eliza Oktarianda, Eliza kah Elsa, aku ga tau juga. Pokoknya ada Oktarianda nya gitu. Tapi Om ku yang namanya Om Munir,, yang luar biasa agamisnya itu, gak terima dengan nama itu, dengan alasan Eliza Oktarianda itu nama orang kristen. Dia memberiku nama Khairunnisa. Tapi kenapa kah di akte kelahiranku tulisannya Hairunnisa. Dih, jadi gak ada artinya. Setiap orang pasti kebingungan ngeliat namaku. Kadang juga, ada yang manggil aku lengkap, Hairunnisa Hairunnisa gitu.
Mau dibawa kemana jati diri namaku? Malu aku, malu!! Punya nama sudah pendek, gak berarti pula. Perlahan lahan rasa kagumku ke namaku sendiri itu memudar. Jadi minder sama nama Dina yang maknanya keren banget

Kalaupun maksa pengen ada artinya, panggil Nisa aja ya, saran temanku.
Masalahnya, aku males dipanggil Nisa. Huh!! Bukannya benci sih, tapi hmm gimana yaa, aku ngerasa gak cocok aja dipanggil Nisa. Dalam benakku, wanita yang bernama Nisa yaitu wanita berjilbab, anggun, sopan tutur katanya, lembut, pintar masak. Aku? Ah, panggil aja Icha. Lebih srek.
(dasar aneh)

Bener ga ada artinya?
Ada, ternyata ada.  Dina bilang ke aku. Arti dari Hairunnisa itu, wanita yang bingung.Ya, bingung mau ke K, atau ke H. Dia tau dari teman-temannya waktu SMP.
Hah??Entah percaya atau nggak, aku cuma mengangguk ngangguk tanda (sok) paham.

Wanita. Yang. Bingung.

Mungkin itu sebabnya aku jadi gampang kebingungan nan plinplan.

Apalah arti sebuah nama? Itu tuh, ternyata ada artinya. Sebuah nama punya artinya masing-masing. Tergantung dari sudut mana kita memahami arti dan makna dari nama tersebut. Bersyukur lalu menerimanya, itu lebih baik. Bersyukur orangtua kita tidak memberikan kita nama FITNAH. Ada yang namanya Fitnah?

Sampai saat ini, aku masih suka ketawa kalau ngingat arti namaku itu.







You Might Also Like

0 komentar