Hasan Minhaj Tercipta Bukan Untukku

..... karena dia udah nikah.

Padahal aku jatuh cinta sama dia.

Aaaaaaaaaaaaaaaaak sepanjangan Rabu malam kemarin aku teriak-teriak keengasan senyam-senyum nggak jelas karena Hasan Minhaj. Terus begitu sadar kalau dia udah nikah, aku cemberut sedih. Huuufh. Mungkin ini saatnya lagu Kau Tercipta Bukan Untukku by Nella Kharisma benar-benar relate sama aku.

FYI, Hasan Minhaj adalah komedian keturunan India, terus terkenal karena termasuk salah satu dari bubuhan The Daily Show, program berita televisi gitu deh. 

Tapi aku kenal Hasan bukan dari The Daily Show, melainkan dari filmnya yang berjudul Hasan Minhaj: Homecoming King.

Hasan Bhai!
Aku nonton filmnya karena Eqy, lelaki kulit hitam (anjir aku mau ngakak sih ngetik ini) teman sekelasku waktu SMP.

"Uy, aku mau rekomen film. Sedih anjir materinya. Aku aja tenangis dikit."

Terus Eqy ngirim foto poster film ini.

Aku nontonnya tanpa ekspektasi apa-apa. Toh durasi filmnya cuma 72 menit. Satu jam lebih. Aku ngerasa nggak buang-buang waktu kalau seandainya ini film jelek. 

Film ini isinya stand up special show seorang komika atau komedian (sama aja nggak sih ini?) bernama Hasan MinhajHasan adalah Muslim India Amerika. Besar di Davis, California. Dia cerita banyak tentang dirinya. Soal ayah sama ibunya gimana ketemu. Dia ngibaratan pertemuan kedua orangtuanya itu kayak Tinder tanpa foto.

Dari situ aku langsung mikir...

"Wah, leh ugha nih cowok."

Terus hubungan dia sama ayahnya. Delapan tahun harus hidup berdua di California dan LDR sama ibunya, karena beliau harus ngelanjutin sekolah kedokteran di India. Ternyata pas ibunya pulang, bawa adek baru. Namanya Aisha. Dia sempat gedek sama adeknya itu. Sampai akhirnya pas dia udah dewasa, dia ngalamin momen di mana dia sayang sama Aisha. Dia bangga jadi Hasan Bhai-nya Aisha. Hasan Bhai itu artinya Kakak Hasan, btw.

Dari situ aku mulai ngerasa mataku panas. Aku mau nangis terharu aaaaaaaak.

Terus dia juga cerita soal sekolahnya. Dia termasuk anak yang bisa dibilang kutu buku, sejenis kayak Raditya Dika mungkin. Anak baik-baik, anak pinter, percintaannya nggak mulus. Waktu masih sekolah, Hasan pernah dekat sama cewek, namanya Bethany Reed (bukan nama sebenarnya). Cewek kulit putih. Mereka deket, sering belajar bareng, di tengah-tengah aturan ayahnya Hasan yang, 

"No fun, no friends, no girlfriends."

Sampai akhirnya ada satu insiden yang berhubungan sama prom night. Dia jadi kesel sama Bethany. Pas bagian itu, aku ngakak sambil bertanya-bertanya kenapa setiap komika ngalamin kegagalan miris sama cewek. Bahkan Hasan bisa dibilang ngalamin traumatis sama cewek kulit putih. Ada satu bagian di mana aku ngakak terengah-engah selain karena ada kata favoritku di situ. Kata rengat. Hasan gilaaaaaaaaak pengalaman cintanya konyol abis. Taik.


Hasan juga bicara soal rasisme, yang lucu terus ada pedihnya juga. Lebih lucu sekaligus pedihnya juga pas dia sempet punya cita-cita yang nyeleneh. Di saat teman-temannya pengen jadi pilot, pengen jadi dokter, dia malah pengen punya warna kulit putih. Keinginan yang nggak bisa disamain banget sama keinginan cabe-cabean yang pengen kulit putih, terus pas diwujudin cuma mukanya yang putih, lehernya item. 

Aku jadi inget Eminem yang awal dia ngerap, dia nggak diterima sebagai rapper kulit putih. Rap waktu itu cuma buat kaum kulit hitam. 

Terus dia juga bicara soal karirnya, yang bikin aku terharu. Tapi lebih terharu pas dia ngomongin soal cintanya sama tunangannya yang kehalang restu orangtua. Ngingatin sama film The Big Sick sih. Sama-sama tentang komika dan cinta yang nggak direstui. Cuman aku lebih ngena sama percintaannya Hasan walaupun cuma ditampilkan dalam bentuk dia nyeritain gitu, bukan dalam bentuk film utuh kayak percintaannya Kumail Nanjiani di The Big Sick.

Film yang bagus menurutku adalah film yang bisa ngebuat penontonnya jadi ekspresif. Maksudnya nggak harus heboh sih, tapi semacam ngasih efek ke penontonnya. Film yang bisa bikin ketakutan, bisa ketawa ngakak, bisa nangis, bisa engas. Tapi kalau buat aku, film yang bisa bikin ketawa atau bisa bikin nangis udah cukup dibilang sebagai film bagus.

Nah, Hasan Minhaj: Homecoming King ini ngelakuin keduanya. Hasan bikin aku ketawa ngakak dan nangis sesenggukan. Hasan adalah paket komplit. Dia humoris dan dia melankolis. Oh, God. Noooooo waaaaaaaay!


Dia bisa ngejaga ritmenya dia. Dia bicara satu jam lebih non stop (sempat berhenti bentar sih itupun cuma buat minum). Jokes-nya nggak ada yang garing sih menurutku. Bikin ngakak semua. Apalagi pas penutupnya. BAAAAM! Aku ngakak terus senyum lebar.

Selesai nontonnya, aku jatuh cinta sama Hasan. Sampai detik ini. Aku nggak peduli sama aku yang pernah bilang kalau cowok mata sipit lebih bikin engas. Hasan nggak perlu bermata sipit buat bikin aku terjerat. Hasan nggak perlu begajulan kayak Ezra Miller supaya aku engas. Hasan nggak perlu menguasai ilmu luwak senior kayak orang ini buat mepetin aku.

Hasan ekspresif tanpa terlihat lebay atau vulgar. Dia nyeritain ayahnya dan bisa bikin kita serasa liat ayahnya. Dia nyeritain adeknya seolah adeknya ada di situ. Pas dia nyeritain masa-masa sekolahnya, kita serasa lagi ada di kelasnya dan ngeliat teman-teman sekelasnya. Pas dia nyeritain waktu masih delapan tahun, masih sekolah, itu ya... kayak dia beneran lagi umur segitu. Dia bisa akting. Astaga. Terus dia itu pinter.

Astaga HASAN BHAI. NGEGEMESIN BANGET.

Terus aku suka karena dia berwawasan luas. Walaupun sekelumit, dia bicarain politik, dia bawa-bawa Drake, dia bawa-bawa film. Aaaaaaaaaak idaman bangeeeet!


I....

LOVE...

YOU,

HASAN...

BHAAAAAAAAAI!

Hasan Minhaj: Homecoming King nggak cuma bikin aku kasmaran, tapi juga ngingatin betapa dulu aku lebih parah dari sekarang soal suka sama komika. Ngingatin dulu aku pernah terobsesi sama komika. Dulu aku pengen punya pacar komika. Gils nggak sih. Tapi ya karena ngalamin momen bodoh sama Clarity, aku jadi ngakak-ngakak sambil geleng-geleng kepala kalau ingat obsesi itu.

Komika mungkin bakal selalu jadi manic pixie dream boy-ku, yang aku inginkan buat ngelengkapin aku, sementara aku 'nggak mau' ngelengkapin dia. 

Hasan Minhaj memang bukan tercipta untukku. Mungkin komika memang tercipta bukan untukku. Mungkin semua orang humoris juga.

Mungkin aku nggak bakal bisa sama orang humoris. Kalau aku suka dia cuman karena ingin melengkapi hidupku yang mungkin, nggak ada humoris-humorisnya ini.

You Might Also Like

9 komentar

  1. Aaaaaaaaaakkk Ichakhai, aku pernah nonton film ini di kantor. Sekilas. Ga sampe setengah jam. Trus langsung close tab karena eh karena saat itu ada kerjaan dadakan. Trus lupa mau lanjutin nonton hahahaa

    Hasan Minhaj sungguh tampan. Auranya uwuwuww

    (( Mungkin komika memang tercipta bukan untukku ))
    Tida ada yang tida mungkin kak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. TOLONG YA WULAN DADDARIO JANGAN MANGGIL DENGAN SEBUTAN JAHANAM GITU JUGAAAAAAAAAAA AAAAAAK FAAAAAAAAAAAK.

      Ahahaha iya aku juga gitu kalau nonton di kantor, Lan. Kadang lupa mau lanjutin nonton hahaha. Apalagi kalau dah dikasih kerjaan buat lapdance sama atasan. Eh.

      Mhuahahahahahahhahaha. Kalau aku mau curhat soal itu aku japri boleh ya, Laaans :')

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Aduuh, ini semua karena Yoganjer itu yang mengajari untuk manggil kamu dgn sebutan Ichakhai:(

      ICHAAAA AYOO KITA SALING GOSYIP DAN CURHAT LAGI.
      JAPRI AKU DONG KAK
      PLS

      Hapus
  2. ((komedian di ranjang))

    Kebinalan dijogo, Jok!.

    Iya bener. Terus ngalir aja gitu bahasannya. Pasti nggak bakal bosen pillowtalk sama Hasan Bhai ini. Wkakakaka. Iya bangkai bet. Kalaupun ada mana mau dia sama akuh, Maaaaaaaaay. Wkakakaka.

    Cukup berhenti di situ dan ENYAH KAU MAY HUHUHUHUHUHUHUHU.

    BalasHapus
  3. Lok bole taw, Mayang ingat dengan apa?

    BalasHapus
  4. artikel yang sangat bermanfaat.. saya senang berkunjung ke blog anda… terimakasih teruslah memberikan informasi yang bermanfaat…;)

    Agen Domino Terpercaya
    Agen Poker Online
    Poker Online

    BalasHapus