17 Tahun

Happy birthday to me
 Happy birthday to me
 Happy birthday happy birthday happy birthday to me….” 

17. Lebih tepatnya, 17 tahun. Usia yang kata orang usia kebebasan. Dimana bisa bebas lepas dari tetek bengek peraturan anak-baru-gede, bebas dari pelototan mama papa karena ketahuan nonton film dewasa , bebas bawa motor sendiri karena udah mengantongi SIM, bebas mengumbar diri mengatakan “aku sudah dewasa , aku bukan anak bau kencur lagi” dengan memamerkan KTP. Bebas, namun rawan. Pintu gerbang menuju segala kemungkinan itu terbuka lebar.
Gak terasa, kini aku sudah berdiri di depan pintu gerbang itu. Pintu gerbang menuju usia 17 tahun. Hmmm.. dilihat dari postur tubuhku yang kutilang (kurus tinggal tulang kata Ariesta) serta betapa baby face-nya diriku, aku masih setengah percaya gak percaya kalau aku sudah 17 tahun. Secepat itu? Perasaan baru kemarin deh ulang tahunku yang ke-16, yang waktu Herman kasih aku kado.. Waktu memang gak bisa diperkirakan yah.




Seneng iya, sedih juga iya.  Orang-orang rumah aja dari kemarin sore sibuk grasak grusuk minta traktiran. Ucapan selamat ulang tahun Rudi yang pertama kali ngucapin, itu pun dia ngucapinnya jam setengah sepuluh malam kemarin. Trus Indra, alumni SMK 1, kakak kelasku yang paling jahil dan keras kepala, ngucapin lewat sms jam setengah satu dini hari. Sejauh  ini ga ada yang ngucapin selamat ulang tahun tepat jam 12 malam teng. Kalau tahun kemarin sih ada, Herman kah kalau gak salah, eh Lelly, eh Febri kayaknya, eh arrggghh lupa! Gegar otak ringan.


Aku memspesialkan diriku di sweet seventeen-ku ini. Sengaja bergadang sampai jam satu dini hari untuk  make a wish. Lalu menghitung hari-hari yang telah lewat, menghitung dosa-dosa yang telah diperbuat. kalau dalam islam sih namanya muhassabah (bener gak ni tulisannya?). Intropeksi diri, lantas membuat prioritas untuk ke depannya. rasanya menyenangkan banget. Aku suka bagian make a wish-nya. Memejamkan mata, bibir komat-kamit. Meski tanpa kue ualangtahun, tanpa lilin yang akan ditiup, prosesi make a wish ini dirasa sangat sakral.

Pagi pagi ngecek hape, sms-sms ucapan selamat-ulang-tahun-ya-icha berjejelan di inbox. 
Ketika aku mulai menampakkan batang hidung di sekitaran area sekolah, Dea sama Dina ngasih akukado berupa novel. Dua-duanya novel kesukaanku. Dea ngasih novel judulnya Pocong Juga Pocong, trus Dina ngasih yang judulnya Ohh Emm Jii. Aku senang banget, padahal ku pikir mereka ga ingat hari ulangtahunku. Kata Dina, mukaku bersinar. Apaan coba~~

Aku sempat kecewa ketika Nina bersikap biasa di sekolah. Ga ada ngucapin selamat atau apakah. Padahal Lulu dkk dengan lantang dan nyaringnya menyanyikan lagu Happy Birthday bareng-bareng, yang sontak membuatku malu dua kuadrat. Tapi ternyata, Nina datang  sore tadi ke rumahku, mengucapkan selamat lalu memberi kado berupa cake cokelat dan boneka pudell. Huaa senangnya. Padahal aku udah mikir macam-macam lohh.


Sore tadi, keluargaku pada ngucapin selamat. Padahal tadi pagi mereka pasang tampang saya-gak-sempat-lihat-kalender-jadi-gak-nyadar-kalau-icha-ulang-tahun. Sms-sms ucapan mulai datang berbondong-bondong. Bapak yang kerja nun jauh di sana juga ngucapin ulang tahun, lewat telfon. Beriak airmataku di pelupuk dengar suara Bapak.




Malamnya, malam ini, aku mencoba bersyukur atas penambahan umur dan pengurangan jatah hidup ini. Bertambah satu tahun berkurang satu masa. Terkadang aku masih rada merinding kalau ingat umurku sudah 17 tahun. Sifatku masih cenderung kekanakkan. Masih sering diperbudak emosi. Masih sering nangis sesenggukan, labil, sensitif, negthink melulu, selebor, ceroboh, manja. Itu bukan cerminan cewe 17 tahun. Untungnya, aku dikaruniai masalah oleh  Tuhan, sehingga sedikit demi sedikit aku bisa menyicil kedewasaanku. Seperti kata Bu Tutik, masalah atau kegagalan itu hendaknya dianggap sebagai pengalaman baik.  
Aku bersyukur dianugerahi fisik yang lumayan mumpuni. Ya walaupun gak cantik sih. Aku bersyukur punya teman-teman yang baik yang selalu ada buatku. Aku bersyukur punya orang tua yang begitu mengayomi anak-anaknya tanpa pilih kasih. Aku bersyukur aku disibukkan dengan tugas-tugas sekolah, sehingga aku gak perlu membuang waktu untuk bergalau. Aku bersyukur aku lajang di ulang tahunku yang ke-17 ini. Ya walauun kata teman-temanku gak enak ngelajang pas udah 17 tahun, ya aku gak peduli. Walaupun kata mereka umur 17 tahun itu kesempatan untuk menjalin hubungan spesial dgn laki-laki itu wajar, aku tetap keukeh mau melajang. Eittss, bukannya aku gak laku. Aku mau menepati janjiku aja #pembelaandirihaha. Bersyukur, aku ting-ting di ulang tahunku ini, tanpa jamahan laki-laki yang bisa menimbulkan dosa.


Dan malam ini, dari sekian rentetan euforia hari ulang tahunku, ada harapan di dalamnya. Harapanku sih banyak, kayak harapan-harapan yang anak remaja lontarkan pada umumnya. Tapi jika dirangkum, mungkin jadinya akan seperti ini: semoga aku bisa betah dengan jalan hidupku sekarang. 

Mohon wujudkan harapan seorang anak usia 17 tahun ini, Tuhan.


You Might Also Like

0 komentar