Dan Takbir Pun Berkumandang

Setelah menuntaskan puasa ketiga puluh hari ini, akhirnya takbir pun berkumandang. Taraweh pun tutup buku, dan lantunan takbir bertubi-tubi yang menggantikannya. Itu artinya, lebaran tinggal beberapa jam lagi. Disini, aku terpekur menekuni laptop pink centilku, guna menghabiskan malam takbiran ini. Ga ada yang istimewa. Ga ada agenda jalan-jalan ngamburin kota seperti yang kini dilakukan kakakku beserta calon suaminya. Ga ada acara ngumpul bareng teman-teman. Malam  takbiran ini berjalan seperti biasa bagiku, seperti malam-malam sebelumnya.

Rasanya aku ga pernah jalan kalau malam takbiran. Emang ga minat sih kalau ga ada tujuan pastinya, kalau hanya sekedar melihat-lihat pemadangan kota di malam hari. Tahun-tahun sebelumnya aku memang begini, menghabiskan malam takbiran di rumah aja. Begitupun juga tahun ini. Aku ga dibolehin jalan malam sih, apalagi malam takbiran rame begini. Aku sih sudah biasa dilarang ini itu, dilarang jalan malam ya biasa aja. Tapi kenapa, ada kesepian yang menyergap. Aku ngerasa sepi, sendiri. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hanya ditemani dua ponakanku yang binal ini. Para ibunya menitipkan padaku agar aku menjaganya selama mereka-mereka sibuk. Mamaku sibuk di dapur. Bapakku ngurusin zakat fitrah dimasjid terdekat. Adekku lagi keluyuran entah kemana. Maka, disini aku. Seorang tante muda merangkap babysitter, sedang posting sambil mengawasi tingkah laku Artha dan Tasya yang lagi main mercon.

Padahal, aku menantikan malam takbiran yang berkesan. Berkumpul dengan jumlah anggota keluarga yang utuh. Semuanya berada di rumah, ga kemana-mana. Atau seru-seruan bareng teman-teman di jalan, atau di rumahku gitu. Jalan sama pacar? So sweet sih, tapi kesannya gimana ya.. menyenangkan kalau tepat pada waktunya. Mungkin untuk saat-saat ini, keluarga dan sahabat jadi prioritas utama. Aku ga mau terlalu menggantungkan harapan banyak sama pacar sih.

Malam takbiranku ga pernah istimewa -__-

You Might Also Like

0 komentar