Si Pemikir Iri Pada Makhluk Acuh Tak Acuh

"Ah, emang gue pkirin?!"
"I don't care!"
"Terserah aja! Peduli kah!!"

Memang enak sih, melontarkan rentetan kalimat tersebut kalau lagi punya masalah dengan seseorang. Apalagi dengan ekspresi wajah ga tau-tau, mantap dah,. Rasanya tuh enjoy aja, ga terbebani, merasa kuat, merasa benar.
Sebesar apapun masalah yang dihadapi, kelihatannya tuh santai aja untuk dijalanin.
Didiamkan gitu aja, eeeh masalahnya langsung kelar. Nguap gitu aja ga ada bekas.
Enak banget yaaa, hidup tanpa beban.

Seringkali aku iri pada 'orang-orang cuek' itu. Kumpulan makhluk acuh tak acuh.
Bandingkan saja dengan diriku, yang mudah panik cemas khawatir.
Dan PEMIKIR.
Bukannya pemikir dalam pelajaran matematika atau pelajaran memumetkan semacamnya, yang bisa membuatku dikatakan sebagai makhluk jenius, malah mikirin satu masalah yang ga ada ujungnya.
Gak pandang bulu, kecil atau besar, semuanya dipandang rata. Menurutku sama saja, samasama membebankan. Over paranoid.
Parno.
Penakut
Cemen
Apalagi ha'?? Silahkan menudingku sesuka hati


Saat ini, aku lagi ada masalah dengan temanku, Dea.
Memang kelewat sering sih aku bermasalah sama dia, tapi kurasa itu ga berlangsung lama. Habis itu kami berbaikan, seolah olah ga pernah ada masalah.
Tapi yang ini lain..
Di siang itu, pada hari Senin, kami mau ke Perpustakaan Daerah dalam rangka mengerjakan tugas Dokumentasi Perpustakaan. Jannah pertamanya nyeletuk,

"Iih.. di perpustakaan tuh bikin ngantuk kam, be-AC pang disitu.."

Supaya dianggap gaul disitu, buru buru aku menyambung perkataan Jannah barusan,

"Iya eeh.. Jangan lama lama ya disitu tuh, bikin ngantuk eeh.."
Tak disangka tiba tiba Dea langsung membatalkan rencana kami tersebut.
Lalu cepat cepat melenggang pergi mencari angkot bersama Via. Kami (aku, Jannah, Nina) terbengong-bengong dibuatnya.

"Dia ngambek tuh! NGAMBEK!" Kataku sambil berlari tergesa gesa

"Lah, kenapa? Emang kita ada buat salah apa?" Jannah berasumsi

"Omonganmu tadi tu nah, Cha! Dasar gendas!"  Perkataan Nina menyudutkanku.

Kami bertiga mengejar keberadaan Dea.
Di angkot, Dea cuma diam. Sepertinya dia benar-benar marah. Terutama marahnya ke aku.
Aku langsung menyetopkan angkot tepat di depan Perpustakaan Daerah. Aku ingin membuktikan kalau kami bisa 'bergerak' tanpa dia. Selama ini mungkin aku berada di bawah kendali Dea. Segala apapun yang kulakukan harus menunggu keputusan darinya. Dan saatnya, aku meruntuhkan persepsi itu. Mhuahahaahahaha.. dia ngambek ga jadi  ke Pusda, bukan berari kami juga ga jadi ke Pusda!!
Ketawa puas dalam hati


Kupikir aku ga bakal kepikiran tentang masalah itu.
Tapi pada kenyataannya, aku jadi mumet sepanjang hari.
Nempel terus di memori otak. Perasaan bersalah menghantui. Sampe sampe dia aja ga sudi buat balas smsku. Huhuhuhuhuhhu PEMIKIR T.T


Hal hal yang terlalu sering dijadikan bahan pikiran ternyata bisa kebawa ke alam mimpi.
Contohnya seperti inni, aku mimpi kalau Miftha (cewek yang dulu disukai Nur yang bikin Nur jumplaitan mengejar cintanya Miftha) berhubungan lagi dengan Nur. Mereka dekat, semakin dekat, merapat, dan lama lama jadian.
Nur mencampakkanku, memilih bersama Miftha selamanya uwowowowowoo. Iiiih jangan sampe daah

Lagi lagi aku  jadi pemikir. Hampir aja aku mau nyeritain mimpi gaje aneh menyedihkan ini ke Nur, tapi takutnya ntar yang ada dia malah ketawa ngakak pas dengernya. Huhuhuhuhu X___X

Jadi, pantas saja kan kalau aku iri pada makhluk makhluk acuh tak acuh ??

You Might Also Like

0 komentar