Sebuah Komedi Pakai Hati dari Groundhog Day

“Orang yang hanya memikirkan hasil akhir, sebenarnya sedang mengalami hal yang tidak menarik.”

Itu adalah kalimat yang aku kutip dari postingan Haw berjudul Howhaw #118: Kalau Hanya Mementingkan Hasil dan Akhir, Itu Tandanya yang Kamu Lakukan Nggak Menarik. Di tulisan itu, Haw menjelaskan dengan gaya persuasifnya tentang kebahagiaan tidak melulu soal hasil, tapi juga soal proses menuju hasil itu. Seperti biasa, Haw mengaitkannya ke banyak hal, tapi yang paling bangke adalah mengaitkan ke hubungan asmara. Eh, ralat. Paling bangke yang dihubungin ke jimak deh. Istilah doggy style, missionaris, dan WOT pake disebut segala. Ya, jimak adalah proses berkembang biak pada manusia. Atau dalam bahasa kekiniannya, jimak adalah proses ena-ena. 

Haw mesum terselubung! Muka lugu dipamerin!

Postingan Haw itu ngingatin aku sama film keluaran tahun 1993 besutan Harold Ramis, berjudul Groundhog Day. Film komedi yang menurutku nggak bosan ditonton berulang-ulang walaupun bercerita tentang satu hari yang berulang-ulang. 

Sumber:  sini
Film ini dibintangi oleh salah satu om-om hot kesayanganku, yaitu Bill Murray. Aku ngerasa dipuaskan dengan muka datar dan sarkasme-nya Bill Murray di film ini. Ya, karena karakter yang beliau perankan kental akan hal itu. 

Bill Murray menjadi peran utama, yaitu Phill Connors, seorang pembawa acara ramalan cuaca salah satu stasiun TV di Pittsburgh. Phill adalah orang yang egois, arogan, narsis, apatis, dan selalu suudzon terhadap dunia, alias melihat segala sesuatu dari sisi yang buruknya aja. Bahkan dia nggak segan menanggapi basa-basi orang lain dengan bertanya, 

“Apa Anda ingin membicarakan cuaca atau cuma sekedar basa-basi saja?”

Nusuk sih menurutku. 

Suatu hari dia ditugaskan meliput festival Groundhog Day, festival yang menyebalkan baginya. Berdasarkan yang aku baca di SINI, Groundhog Day adalah hari yang jatuh pada tanggal 2 Februari, dan menjadi hari libur di Amerika Serikat dan Kanada. Menurut legenda, jika marmut yang dikenal sebagai Punxsuatwney Phil itu melihat bayangannya, yaitu jika hari itu adalah hari yang cerah, Amerika Utara masih akan mengalami musim dingin selama enam minggu lagi. Kalau enggak, musim semi akan segera tiba. 

Ckckckck. Orang Amerika ternyata percaya takhayul juga. 

Groundhog muncul ke hadapan publik.
Sumber: sini
Dan ya, itu adalah alasan Phill, kenapa meliput festival Groundhog Day itu menyebalkan. Dia nggak habis pikir kenapa orang-orang rela berbondong-bondong melihat seekor marmut besar dan berharap marmut besar nan gemuk itu muncul dari liang layaknya berharap mendapatkan Lailatul Qadar, malam yang lebih mulia dari seribu bulan. 

Phill pun berangkat ke Punxsutawney, tempat diadakannya festival Groundhog Day, bersama produsernya yang cantik bernama Rita (Andie MacDowell) dan kameramennya yang agak oon bernama Larry (Chris Elliott). Seperti dugaannya, berada di Punxsutawney berjalan jauh dari kata menyenangkan. Phill bertemu dengan orang-orang yang 'sok asik,' ditambah lagi di matanya nggak ada yang menarik sama sekali dari festival Groundhog Day. Phill menjalankan tugas liputan dengan malas-malasan, terpaksa, dan nggak antusias sama sekali. Tapi dia bisa menyembunyikan keengganannya itu dengan berlagak baik di depan kamera, meski memberitakan festival itu dengan nada sarkasmenya.
Bukan sedang membawakan talkshow Rumpi No Secret
Sumber: sini

Selesai liputan, hasrat Phill untuk segera enyah dari tempat itu semakin besar. Phill pengen hari yang nggak dia suka itu segera berakhir. Rita dan Larry pun mau nggak mau memenuhi hasrat Phill itu. Sayangnya, badai salju membuat mereka nggak bisa pulang, karena semua jalan ditutup. Phill dkk kembali ke Punxsutawney dan berencana untuk pulang keesokan harinya. 

Tapi..... ternyata nggak ada hari esok. Phill selalu terbangun di hari yang sama, yaitu di Groundhog Day, di tanggal 2 Februari. Semua yang terjadi di hari itu terulang lagi, dan nggak ada yang sadar akan kebajingakan itu kecuali Phill seorang diri. Bangun pagi, tanggal 2 Februari lagi. Phill sempat berpikiran kalau dia lagi sakit parah atau mengalami gangguan jiwa, tapi nyatanya setelah diperiksa, semuanya baik-baik aja. 

Phill bingung dan makin kesal. Kenapa yang terulang-ulang itu hari yang nggak dia suka? Hari yang paling menyebalkan bagi dia. Hari dimana dia mengalami hal-hal yang dia benci, mulai dari pertemuan dengan orang-orang sok asik, peliputan Groundhog Day, sampai batalnya dia kembali ke Pittsburgh. Hari yang dia pengen cepat-cepat akhiri, tapi malah nggak pernah berakhir dan berulang-ulang terus sampe bosok. 

Nah, Phill yang menganggap kalau Groundhog Day adalah hari yang harus cepat-cepat diakhiri itu menurutku related sama postingan Haw di atas. Phill merasa kalau Groundhog itu nggak menarik, makanya dia pengen cepet dapat hasil akhirnya alias pulang ke Pittsburgh, bukannya menikmati proses peliputan festival di Punxsutawney. Lah ternyata dia nggak dapat hasil akhirnya. Dia malah ‘dipaksakan’ buat menikmati prosesnya. Dipaksa buat menganggap kalau Groundhog Day dan berada di Punxsutawney itu menarik. Dan paksaan itu menarik buat ditonton. 


Phill dan Rita sedang makan sambil ngobrol-ngobrol cantik
Sumber: sini

Phill menjalani Groundhog-Day-berulang-ulangnya dengan berbagai macam perasaan. Kesal, senang, sedih, putus asa, sampai semangat. Dia senang karena dia bisa bertingkah nakal. Dia memanfaatkan kesialan misteriusnya itu dengan sebrutal-brutalnya. Dia nggak perlu khawatir sama dampak yang ditimbulkan akibat kelakuan nakalnya itu. Dia seolah nggak khawatir akan masa depan. Kekhawatiran yang banyak orang idap. Biasanya orang-orang umur 20 tahun ke atas. Kayak aku. Huhuhuhu. 

Btw, aku curiga deh kalau Phill ini Gemini. Soalnya Phill pake kesialannya itu buat ena-ena sama cewek tanpa harus takut ditagih buat berkomitmen. Bajingak banget. Gemini banget, ya nggak sih? HAHAHAHA. 

Lanjut, 

Phill ternyata jatuh cinta sama Rita, dan (lagi-lagi) memanfaatkan Groundhog-Day-berulang-ulangnya itu buat mendekati produsernya itu. Setiap hari (yang selalu di tanggal 2 Februari), Phill mencari informasi tentang apa yang disukai Rita dan tipe cowok favorit Rita. Karena hal itu, Phill jadi belajar bahasa asing, belajar main piano, hingga belajar menghilangkan sifat-sifat jelek yang ada pada dirinya. Belajar menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pribadi yang pantas untuk mendapatkan orang sebaik Rita. 

Groundhog Day rada ngingatin aku sama film 50 First Dates, yang bercerita tentang cowok-bajingak-yang-aku-curigai-zodiaknya-adalah-Gemini-karena-suka-mempermainkan-wanita, yang jatuh cinta sama cewek polos ‘pikunan’ alias punya gangguan ingatan, di mana ingatannya hanya bertahan dari pagi sampe malam dan besoknya lupa akan kejadian hari itu. Kesialan misterius yang dialami Phill kurang lebih sama kayak gangguan ingatan yang dialami cewek (diperankan oleh Drew Barrymore) di 50 First Dates itu. Mereka berdua sama-sama ‘terjebak’ di hari yang sama secara berulang-ulang. 

Trus usaha Phill dalam menarik perhatian Rita, ngingatin aku sama usaha yang dilakuin Henry, karakter yang diperankan Adam Sandler di 50 First Dates itu. Phill dan Henry sama-sama berusaha mencari tau apa yang disukai perempuan impian mereka, dan sama-sama berubah menjadi lebih baik. 
Minum langsung dari sumbernya.
Sumber:  sini
Aku menikmati proses pengulangan hari yang dirasakan Phill. Karena.... menarik. Aku nggak peduli sama hasil akhirnya, alias nggak peduli kenapa-itu-bisa-terjadi-sama-Phill, apakah-Phill-terus-hidup-kayak-gitu-selamanya, atau nanti-bakalan-ada-adegan-ranjangnya-nggak-sih. Walaupun harinya berulang-ulang, kejadiannya sama persis, tapi nggak membosankan. Selaluuuuu aja ada yang beda dari Phill. Bikin aku nggak bosan buat ngakak geli. Salah satu adegan yang bikin aku ngakak geli adalah pas Rita cerita kalau dulu kuliah di jurusan apa. Phill menanggapinya dengan tawa yang meledak dan bilang,

“Sungguh membuang waktu!”

Rita langsung cemberut. Phill sadar kalau tanggapannya itu salah, dan pas kejadian itu terulang lagi, Phill menanggapinya dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang romantis sekaligus ya itu, bikin ngakak geli. 
Yha, kayak gini kalau aku lagi ngakak geli
Sumber: sini
Hari berulang-ulangnya Phill itu mengasyikkan!

Seperti yang ditulis Iza Anwar di review Groundhog Day-nya, 

“Ada kesan kontras antara apa yang dirasakan oleh Phill dan penonton seperti saya ini. Di mana saya merasakan keasyikan mengikuti alur ceritanya, justru Phill merasakan kebosanan tingkat akut karena peristiwa yang dialaminya berulang terus tanpa henti.”

Selain mengasyikkan, hari berulang-ulangnya Phill juga menyedihkan. Phill frustasi, menganggap kalau apa yang dia alami itu nggak menarik. Dia menghalalkan segala cara untuk mengakhiri hari yang nggak pernah berakhir itu, tapi selalu gagal. Di situ aku ngerasa simpati sama Phill. 

(yang digaris bawahi dengan bajingak di bawah ini mungkin bisa jadi spoiler, gaes)

Lebih simpati lagi, ditambah kagum, pas Phil semakin lama semakin menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Simpati bercampur haru. Berawal karena ingin membuat Rita kagum, lama kelamaan Phill sadar kalau dia memang harus berubah. Mempreteli satu demi satu sifat-sifat jeleknya. Kesialan misterius yang terjadi padanya itu seolah jadi teguran dari yang Maha Kuasa. Teguran supaya dia nggak jadi orang yang arogan, apatis, sarkastik, dan negative-thinker lagi. Phill seolah menerapkan isi hadist berikut ini, 

"Barangsiapa yang harinya (hari ini) lebih baik dari sebelumnya, maka ia telah beruntung, barangsiapa harinya seperti sebelumnya, maka ia telah merugi, dan barangsiapa yang harinya lebih jelek dari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat.”

JADI..... GROUNDHOG DAY ADALAH FILM YANG RELIGIUS! 

HUEHEHEHEHEHE.

Aaaaak. Aku suka Groundhog Day! Ngakaknya ada, sedihnya ada, harunya ada, pesan moralnya juga ada! Menurutku, Groundhog Day adalah film komedi yang pakai hati. Ngomong-ngomong soal komedi pakai hati, beberapa waktu lalu, aku, Yoga, dan Robby ngomongin apa itu komedi patah hati, di grup Whatsapp WIRDY. 

Yoga: Komedi patah hati lebih banyak curhatnya daripada komedi itu sendiri. Mungkin. 

Robby: Istilah komedi patah hati maksudnya komedi baper malah, menurutku.

Icha: Aku kok malah mikir komedi pakai hati itu komedi yang dilakuin dengan sepenuh hati dan dengan totalitas yang tinggi, ya...

Entahlah yang mana yang bener. Istilah komedi pake hati sendiri berawal dari Raditya Dika sih, pernah dia masukin di prakata bukunya yang berjudul Koala Kumal. Nah, mungkin di bawah ini yang bener.


Tapi boleh nggak sih aku bilang kalau Groundhog Day itu komedi pakai hati? Karena ya, kalau berdasarkan pengertian komedi-pakai-hati ala Raditya Dika, film ini bikin aku nangis ketawa. Trus kalau dimirip-miripin sama pengertian komedi-pakai-hati ala Yoga, Groundhog Day menurutku bikin orang-orang yang habis nontonnya, jadi pengen curhat. 

Misalnya kayak gini, 

“Iiih iya, aku pernah ngalamin hari paling nyebelin njir. Hari Senin yang kerjaannya banyak misalnya. Pengen cepat-cepat hari Minggu aja rasanya!”

“Kalau aku jadi Phill, aku pengen hari yang keulang-ulang itu hari yang nyenengin. Waktu hari liburan bareng keluarga, hari jalan-jalan bareng sama teman-teman, atau hari yang indah di mana aku dan pacar nggak berantem kayak sekarang ini. Huhuhuhu.”

“Aku jadi ingat kalau dulu, bahkan mungkin sampai sekarang anjir, aku suka nyari tau hal-hal yang jadi kesukaan orang yang... hoek, yang aku sayang. Kayak Phill nyari tau soal kesukaannya Rita gitu. Semua orang yang lagi jatuh cinta emang kayak gitu ya kelakuannya?”

Dan kalau pake pengertian komedi-pake-hati ala Robby, Groundhog Day adalah film komedi yang bikin aku baper. Usaha Phill dalam merebut hati Rita, bikin aku baper sebaper-bapernya. Bikin aku berpikiran yang seperti biasa, nggak jelas. Berpikiran saat kita berhubungan dengan orang lain, baik dalam berteman maupun dalam berasmara, baiknya kita ‘rela’ buat berubah seperti yang Phill lakuin, berubah menjadi orang yang lebih baik lagi. Bukan ‘berusaha’ mencari orang yang lebih baik lagi, alias orang yang lebih mau menerima kita apa adanya. Dalam artian diri kita apa adanya itu mementingkan diri kita sendiri. Mementingkan diri kita sendiri kayak berpikiran...

"Ku nggak mau berubah, ku mau gini-gini aja. Pasti ada kok orang yang terima-terima aja sama semuaaaaaaaa sifat jelekku. Pasti ada."

HEHE. HEHE. HEEEE. PASTI ADA PALALU RENGAT. 

You Might Also Like

16 komentar

  1. Komedi pake hati itu kayak permen nano-nano. Rame rasanya. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahahahahaha. Selalu ada celah untuk ngeiklan :D

      Hapus
  2. benar sekali. sesuatu yabg kelihatannya menyebalkan kalau dijalanin itu pasti ada asiknya juga sih... sepertinya aku harus nonton ini....
    komedi pake hati mungkin lebih cocok definisimu, Cha. Kalau Koala Kumal itu komedi patah hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, Muhae. Maka dari itu kita jangan segampar itu menilai. Dan yaps, kamu coba tonton ini deh. Om Bill Murray aktingnya keren.

      Huehehe. Pakai hati sama patah hati beda-beda tipis gitu ya jadinya ya :D

      Hapus
  3. ini film tahun 1993 tapi kok aku belum pernah nonton ya?

    Padahal aku lahir tahun 1993 juga lho.

    Jangan dimasukin hati komenku ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ada kata terlambat untuk nonton ini. Ayo tonton!

      Huahahahahahahaha. Nggak masalah kok. Komennya masukin di kolom komentar aja :D

      Hapus
  4. Bill Murray! Termasuk childhood idol juga tuh beliau xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asiiik! Habisnya film-filmnya beliau pada bagus gitu yaaaaaa :D

      Hapus
  5. Pertama baca judulnya, ngira tulisannya "Grandong". :))

    Oh iya, mau nambahin aja nih. Komedi itu sebenernya nggak harus pake hati. Tapi... pake "I". Kalo gak ada jadinya "komed" dong. Ehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. .........

      GRANDONG ITU APA PULA, BIJIIIIIIIK?

      Hahahaha telek. Iya juga sih. Cukup informatif, Rob.

      Hapus
    2. Coba gugling pilih yang gambar. Anaknya Mak Lampir.

      Hapus
  6. Kasihan ya Gemini. Apa-apa disangkut-pautin ke ena-ena. Padahal kan semua zodiak emang suka ena-ena. Libra apalagi. Iya, kan?! Huuuu!

    Gue tiap lagi gak ada kerjaan prilens, terus suka khilaf begadang, gak tau kenapa pasti ngerasa hari begitu lagi. Begitu lagi. Pengulangan yang parah. Hari gue gak semakin baik. Malah memperburuk. Berarti gue laknat, ya. :')

    Tapi betul, sih. Pengulangan hal-hal buruk kayak gitu bikin pengin berubah. Gak perlu buru-buru pengin jadi lebih baik. Pengin ngelakuin sesuatu yang beda dari biasanya deh cara gampangnya. :D

    BalasHapus
  7. Yah. Bagiku semua hari berasa sama. Tinggal kitanya yang nyikapinnya gimana. Mau jadi lebih baik atau berakhir seperti kemarin gada peningkatan.

    Kayaknya semua orang harus melewati proses biar bisa lebih menikmati hasilnya. Ah sotoy ih..
    Buktinya banyak juga yang buang bayi. Omegod!! Ini komen apa daahhh!!! 😑

    BalasHapus
  8. iya juga. aku ngalamin yang kek gini. semua hari terasa sama. gak ada perubahan. nyesek sekali (nah, curhat):(

    tapi dengan mengalami hal yang sama, pasti orang itu bakal berubah. dengan pilihan yang dia tentukan sendiri. entah baik atau buruk

    BalasHapus
  9. lah film jadul gini premisnya bagus ya. dan tolong jangan menjelek-jelekkan gemini gitu, ya! *tendang*

    BalasHapus
  10. Aku tak layak mendapatkan seseorang sepertimu, tetapi jika aku bisa, aku bersumpah, aku akan mencintaimu di sepanjang hidupku.. Phil Connor

    BalasHapus