Ditinggal Annie Hall, Alvy Singer Kena Kualat Itu...

Yak, dari judul postingan ini, aku kayak ngasih spoiler ke pembaca atas film Annie Hall. Film yang yang mau aku review baperin kali ini. Iya nggak sih? 

Tapi sebenarnya nggak juga sih. Karena di awal film, kita yang nonton udah dikasih tau sama Alvy Singer, pemeran utamanya, kalau dia pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Annie Hall namun sayangnya hubungan itu berakhir. 

Bukan poster official, tapi jadi favorit.
Sumber: SINI

Sekedar informasi, (tolong kata-kata tadi dibaca dengan logat sunda-nya Agia Aprilian), Annie Hall adalah film yang I love but hate at the same time, selain film (500) Days of Summer. 

Film horror. Sumber: SINI

Untuk (500) Days of Summer, kayaknya semua orang di dunia ini pada benci sekaligus cinta sama film bajingseng satu itu. Bahkan untuk mengungkapkan kebencian sekaligus kecintaannya, Yogaesce sampe menganggap (500) Days of Summer itu genre-nya bukan romantic-comedy, tapi thriller-slasher. Aku sendiri nganggap kalau (500) Days of Summer adalah film horror. Serem kan, kalau ada orang kayak Summer, yang ngedeketin kita, bilang suka sama kita, kitanya nyaman, trus nyoba berbagai gaya berdasarkan referensi film Jan Dara kayak missionary dan gaya anal (menyebut itu sebagai doggy style rasanya tidak estetik) bersama-sama. 

Eh pas kita tanya kita dan dia ini apa, dia ngejawab nggak ada apa-apa. Kita sedih, kita kecewa, kita pengen pergi aja, trus dengan polosnya dia bilang yang kira-kira kayak yang dibilang Summer, 

“Tom, don’t go! You’re still my bestfriend!”

MY BESTFRIEND, NJIR. BESTFRIEEEEEND. BESTFRIEND PALKONLU RENGAT!

Horror abis. 

Tapi aku juga cinta sama film ini. Ya karena ceritanya bagus, soundtrack-nya ciamik, dan para pemainnya keren. Film ini bikin aku jatuh cinta sama Joseph Gordon-Levitt, dan berimpian ingin punya suami bermata sipit seperti matanya. Agar mata sang suami jadi pemandangan yang indah saat kami berdua lagi pillowtalk. Halah. Cuman ya itu sih, aku kesal sekesal-kesalnya sama karakter Summer. 

Dan rasa kesalku itu aku rasain lagi pas nonton Annie Hall. 

Poster versi ini lucu, ya! Annie-nya kayak mau pergi ke mana gitu. Kayak mau kantor pos dulu.
Sumber: SINI 

Sebenarnya Alvy Singer itu bukan tokoh antagonis sih. Ya, kayak Summer juga yang sebenarnya bukan tokoh antagonis. Tapi gimana ya, ada hal-hal yang bikin aku kesal sama dia, sekesal aku sama Summer. 

Well, Annie Hall adalah film keluaran tahun 1977. Film lawas gitu. Tahun ’70-an bajingak! Agak ragu juga pas nontonnya karena takut ngerasa bosan atau ngerasa serem, karena siapa tau pemainnya udah ada yang meninggal. Kan serem njir, nonton film orang mati. Tapi mengingat fakta kalau aku tau film ini dari blognya Tommy, dan biasanya film-film dari blognya nggak pernah mengecewakan, yaudah... takis! Lagian Movfreak juga ada bilang kalau nonton Annie Hall itu seperti ‘berkenalan’ dengan kakak dari (500) Days of Summer. Sip sudah~ 

Annie Hall ini kayak film-filmnya Raditya Dika, di mana Raditya Dika jadi pemeran utama sekaligus jadi sutradara. Woody Allen sebagai sutradara di film ini sekaligus jadi pemeran utamanya. Eh enggak deng. Raditya Dika yang kayak Woody Allen. Secara Woody Allen adalah idolanya Raditya Dika. 

Film yang meraih untung sebesar $38.000.000 (bukan $3800. Ini Woody Allen, brother!) ini bercerita tentang Alvy Singer (Woody Allen) seorang  komika tukang curhat dan penggerutu yang mencoba menebak-nebak, menganalisa, dan mencari tau penyebab dia dan sang pacar, Annie Hall (diperankan oleh Diane Keaton aaaaah aku suka banget!) bisa berakhir. 

Lagi nontonin pasangan mesum di semak-semak.
Sumber: SINI
Nonton Annie Hall ini kayak lagi baca buku diary-nya Alvy. Mungkin kalau blognya Yoga Akbar difilmkan, bakal jadi film kayak gini kali, ya. Habisnya, Alvy di sini curhat banget. Tentunya dengan pembawaan yang nggak melankolis mengingat ini film romantic-comedy. Apalagi ada adegan-adegan di mana Alvy ngomong ke kamera, ngomong sama penonton, yang dikenal dengan istilah breaking the fourth wall. Hal itu ngingatin aku sama Deadpool yang juga cerewet dan sering ngomong ke kamera. 

Mau nge-vlog. Sumber: SINI
Yang bikin film ini kerasa curhatan banget adalah karena adegan demi adegannya benar-benar dari sudut pandangnya Alvy, sudut pandang cowok. Ya, mirip kayak Tom Hansen di (500) Days of Summer. Tapi kalau Tom ‘disetir’ sama narator gitu, sedangkan Alvy Singer menyetir dirinya sendiri. Ya gitu deh pokoknya. Trus alurnya maju mundur. Ada cerita waktu dia masih kecil, waktu dia sama istri pertamanya dia, waktu sama istri keduanya dia, dan tentu aja waktu sama Annie Hall. 

Filmnya tentang dia banget. Tentang dia yang kritis terhadap hal-hal sekitar, canggung (tapi anehnya dia supel kalau sama cewek), sinis terhadap kehidupan sehingga terobsesi dengan kematian, dan... langsung ke yang bikin aku kesal sama Alvy Singer-nya, ya. Alvy itu itu egois. Ada adegan di mana Annie Hall bilang ke Alvy, 

“Kamu tau sesuatu? Kamu sangat egois. Jika aku melewatkan terapiku, kamu hanya berpikir dampaknya padamu!”

Lelah mengantri tiket nonton film yang udah 1 juta penonton.
 Sumber: SINI
Oke, mungkin perasaan kesalku ke Alvy itu terlalu berlebihan. Lebih baik rasa kesal diganti jadi rasa nggak simpati sama Alvy. Sama seperti yang dirasain sama pemilik blog Movfreak pada Alvy. Ya, aku nggak ngerasa simpati sama Alvy yang kayak gitu. Aku lebih simpati sama Annie Hall. Annie adalah sosok wanita yang kikuk. Gugupan. Sedangkan Alvy adalah orang yang tenang bahkan bisa kritis sama apa yang diucapkan Annie. Terbukti dari beberapa adegan, contohnya di adegan Annie menyapa Alvy sehabis main tenis bareng. Kelihatan banget si Alvy-nya kritis, njir. 

Trus aku juga nggak simpati sama Alvy yang seolah membuat aturan yang harus dipatuhi selama Annie jadi pacarnya. Annie harus baca buku tentang kematian, Annie harus kuliah, Annie harus selalu mengalah di setiap adu mulut mereka. Ya, Annie dan Alvy selalu berantem. Dan sampe sekarang, aku masih bingung, maunya Alvy itu sebenarnya apa sih?

Diam tanpa kata. SUMBER: SINI
Yang juga bikin aku bingung, Alvy ini canggung pas berhubungan sama orang lain, tapi dia bisa dengan mudahnya berinteraksi dengan lawan jenis. Dia gercep dan engas. Pertemuan pertamanya dengan Allison, istri pertamanya, udah nunjukin kalau dia orangnya supel sama cewek. Nggak ada canggung-canggungnya. Begitu juga saat dia jalan bareng sama Annie. Dengan mudahnya dia minta cipok ke Annie. Modus bajingak. Skill wahid! Pas udah jadian, dia ngegombalin Annie mulu. 

Apa semua komika kayak gitu, ya? Supel dan mudah mengeluarkan kata-kata manis ke lawan jenis? Apa semua cowok pada dasarnya kayak gitu, ya?

Mengulas debat cagub DKI semalam. Sumber: SINI

Banyak yang bilang film Annie Hall ini adalah cerminan hidupnya Woody Allen, mengingat fakta kalau Woody Allen itu juga komika, sama kayak Alvy Singer. Ditambah lagi Diane Keaton, aktris yang memerankan karakter Annie Hall, punya nama belakang asli Hall dan dulu punya nama panggilan Annie. Mereka berdua juga pernah menjalin hubungan lebih dari sekedar teman. Sungguh sebuah hegemoni dunia yang tak diremehkan! Gaung yang termarjinalkan! 

Tapi entahlah, hal itu sebenarnya nggak terlalu penting sih. Yang penting filmnya baguuuuus! Waktu nonton pertama kali, aku ngerasa filmnya cukup bagus. Pas nonton kedua, bikin pengen bersenandung dengan lagu Anjay-nya Kemal dkk, trusnya liriknya, 

“Film Annie Hall dari Woody Alleeeeeeeen. Filmnya anjaaaaaaaaay!” 

Ya anjay aja. Filmnya cerdas. Mau bagaimanapun, karakter Alvy Singer adalah karakter yang unik. Itu adalah salah satu keunikan di film ini. Dan aku nggak bakal kesal sama Alvy kalau seandainya Woody Allen nggak memerankannya dengan sempurna. Karakternya Alvy kuat banget. 

Walaupun alurnya maju mundur, tapi nggak bikin yang nonton jadi pusing. Filmnya asik buat diikutin. Yang bikin aku cinta sama film Annie Hall jauh lebih banyak daripada yang bikin aku kesal sama Alvy. Filmnya banyak nampilin adegan-adegan absurd macam ‘roh’ Annie bisa keluar sendiri saat dia dan Alvy lagi ena-ena. Trus Alvy bisa ‘nontonin’ masa lalunya Annie, suara hati Alvy dan Annie yang bisa kita denger, kayak adegan di sinetron yang tokoh antagonis pas mau ngeracunin tokoh protagonis. Unik pokoknya!

Nah, penyebab utama yang bikin aku jatuh cinta sama Annie Hall, sebenarnya sih karakternya Annie Hall-nya itu sendiri. Dan aku baru ngeh kalau Diane Keaton itu main di The Big Wedding. Wadefak! Udah tua aja njir! Umur 71 tahun!

Eyang Putri. Sumber: SINI

Ya, walaupun sebenarnya Annie Hall berpenampilan nggak secantik dan seimut Summer Finn. Annie Hall bukan tipe cewek cantiiiiik banget. Rambutnya berantakan, minderan, bahasa tubuhnya kaku, dan dia adalah pengendara mobil yang buruk sampe bikin Alvy sempat takut naik mobil sama dia. Tapi Annie Hall itu unik, eksentrik, dan wajahnya ekspresif. Kepribadian yang bisa bikin aku naksir berat sama seorang cewek, kalau aku jadi cowok. Entahlah, bawaannya nyaman aja kalau ngobrol sama cewek kayak Annie Hall. Diajak ngobrol aja ena, apalagi diajak ngent.... 

Jadi duta shampo lain. Sumber: SINI

Suka sama style-nya dia juga! Baju kegedeaaan! AAAAAAK! Hidup retro!

Boyish abis. Sukaaak! Sumber: SINI
Dan yang aku suka lagi, Annie berubah menjadi yang lebih baik setelah putus dari Alvy. Dia yang minderan dan panikan, berubah menjadi cewek yang lebih mandiri dan percaya diri. Kalau di (500) Days of Summer, Tom Hansen-nya yang berubah jadi lebih baik. Nah kalau ini, Annie Hall-nya yang berubah gitu. 

Sedangkan Alvy, tetap jadi si penggerutu. Tetap bikin nggak ngerti maunya dia itu sebenarnya apa. Dia udah punya Annie Hall yang baik, tapi dia malah.... 

Ada satu adegan di mana nampilin dialog Alvy yang, 

“Banyak wanita cantik di sana. Asiknya bisa menggoda banyak wanita.” 

KAN BAJINGAK YA. DASAR ALVY! 

Tapi walaupun gitu, aku nggak sampe benci sih sama Alvy Singer. Nggak sampe memaki-maki dia juga. Pas dia nggak mendapatkan Annie kembali padahal dia udah berusaha keras, aku bukannya ketawa bahagia selayaknya orang yang senang kalau musuhnya menderita, melainkan cuma bilang, 

“Kualat itu....”

Sebenarnya itu juga bukan kualat sih. Ya karena mereka nggak ditakdirkan buat bersama aja. Sesederhana itu. Lagian, Alvy nggak jahat kok. Cuman ya itu, membingungkan. 

Btw, Annie Hall adalah film komedi romantis yang santap jiwa! Walaupun tokoh utamanya bukan anak remaja, tapi menurutku film ini masih related sama generasi muda. Bukan film yang merusak generasi muda kok. Tapi membuat generasi muda sadar kalau cinta itu... aneh. Dan walaupun ini film komedi romantis, aku nggak ketawa ngakak pas nontonnya. Mungkin karena banyak jokes yang nggak aku paham. Aku mah pahamnya sama dirty jokes doang. Huhuhu.

Atau mungkin sebenarnya lucunya ya ini: saat Annie dan Alvy saling mengikat cinta mereka kelewat erat, mereka banyak berantemnya. Begitu mereka melepaskan ikatan itu, mereka bisa melebur dan ketawa bareng lagi. Itu menurutku aneh, bikin bertanya “Kenapa bisa gitu?” dan... lucu. Bikin ketawa miris.

You Might Also Like

30 komentar

  1. Seperti biasa. Kalo mau nonton film, gue baca dulu di blog Ica. Ya spoiler dulu lah..

    Tapi ya ca, cowok gak kayak gitu semua kok, yg pas baru ketemu cewek langsung minta cipok di leher.

    Kalo gue ya, kalo pas ngobrol sama orang yg disuka, suka jadi gagap gitu aja kalo ngomong, anjis pisan. Suka deg-degan. #TimKomemtarCurhat

    Btw, film Sumner belum nonton nih.. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama, aku kalo mo nonton film, mampir dulu ke blog icha. btw icha kalo download di mana ya? hehehehehe

      Hapus
    2. Icha nonton di Google Play. Nyewa 20 ribu satu film. Bayar pakai pulsa.

      Hapus
    3. Nice.... Makasih udah mau mampir ya, Dian. Nggak papa kena spoiler dikit, daripada kena kualat. Hahahahaha.

      Hmmm. Curhat sekaligus membela diri. Zodiak kamu bukan Gemini kan? Wajar aja sih kamu nggak beringas kayak Alvy. I'm so proud of you!

      Coba ditonton aja, Dian. Filmnya mirip-mirip kayak You Are The Apple of My Eye dan tributnya, La La Land. Tak sampai ke pelaminan gitu. :')

      Hapus
    4. Justin: Ulululu~ Makasih udah mau mampir, Njus. Btw itu udah dijawab Bang Haris. Ngahahahahaha.

      Bang Haris: Upaya L buat menggalakkan budaya nonton film di Google Play leh ugha.

      Hapus
  2. Jangan menambah deretan film thriller-slasher lagi kamu, ya!

    Kalo baca2 gitu curiga zodiaknya si alvy itu gemini. :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. BRUAKAKAKAKAAKA! Yogaesce bajingak phobia film thriller-slasher!

      Oh iya juga sih. Bajingak dan bangset gitu ya. Apakah seorang Gemini bajingak seperti kamu pernah punya kisah kayak film ini, Yogs? Kualat itu...

      Hapus
  3. Pas banget, lagi butuh refrensi film eh nemu ini. Dan, oh syit, Woody Allen.. fix bakal nonton!

    Dan kalo diperhatiin makin lama kosakata gaul Icha makin banyak aja. Santap jiwa!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahaha. Dasar penggemar Woody Allen garis keras! Katanya sih ini film Woody Allen yang paling bagus, Ta. Tapi entahlah kalau menurut kamu, apa kamu pas udah nonton filmnya, bakal berpikir gitu juga. :D

      Makasih, Tata naq gaul~ Hidup santap jiwa!

      Hapus
  4. Hhmm ya kadang adanya ikatan, bukan menambah kuat malah lebih terasa perihnya. Ehe

    Ngomong opo to aku iki.
    Kayanya seru buat ditonton, sedang ingin melatih diri nonton film, yaa semoga ada kemajuan daripada nonton lala land kemaren baru 10 menit awal udah ketiduran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmmm bener juga. Beginilah ketika Ukhti Dibah memberikan pencerahan soal cinta dan kasih muda-mudi. :')

      ((MELATIH DIRI NONTON FILM))

      HUAHAHAHAHA. Dikiranya nonton film itu sejenis olahraga bela diri kali ya.... Melatih diri... Hahahaha kamu kayak kakak sepupuku aja dah, Dib. Nonton La La Land ngantukan gitu. :D

      Hapus
  5. Wahaha Annie Hall ya. Udah pernah nonton film ini. Dulu pas masih zaman-zamannya cinema3satu, ada di daftar rekomendasi. Belum ditonton ulang lagi tapi.

    Betul, Alvie ini terlalu banyak mikir, Cha. Bukan cuma soal urusan cinta, tapi dalam segala hal. Insecurity-nya terbilang tinggi. Kasian juga orang yang ngejalin hubungan sama tipikal kayak gini.

    Untung aku mah enggak. Untung aku mah pengertian. Pokoknya percaya deh sama Agia. Siap, kakak ipar? Ehemm salam ke Nanda ya, Ndese.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah. Udah lama berarti ya nontonnya, Agia? Aku telat nih. Baru nonton Annie Hall sekarang. Trus ini Agia memang pecinta film lawas kayaknya. Banyak film lawas yang udah ditonton. :D

      Nah! Itu dia. Aku setuju banget. Dia nggak bisa nyantai gitu orangnya, ya. Iya, udah beberapa cewek yang jadi korbannya Alvy. Huhuhuhu.

      TOLONG ITU PROMOSI DIRINYA DIKONDISIKAN, WAHAI ADIK IPARKU YANG BAJINGAK!!!!!!

      Hapus
  6. Mirip sama blog Yoga kalo difilmin? Tolong, jangan mengada-ngada kamu, ya! Jadi buku aja belum dan udah di-bleklis penerbit. Wqwq.

    Eniwei, gue harus nonton nih kalau gayanya kayak curhat begitu. Icha udah nonton film Jim Carrey yang Man On The Moon?

    "Diajak ngobrol aja ena, apalagi diajak ngent...."

    Ini pasti terusannya ngentengin badan, ya? Atau ngentut bareng?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, serius. Aku langsung ingat blog kamu pas nonton filmnya. Ya mirip juga sama film Kambing Jantan sih, buku dan blog yang difilmkan. BTW TOLONG YA ITU CURHATNYA JANGAN HIPERBOLA.... Emang beneran dibeklis? :(

      Harus! Trus ntar kasih tau aku gimana tanggapanmu soal film Annie Hall ini, Yogs. Huehehehe. Belom, Yogs. Mau ngelarin nonton Juno dulu ini. Dari kapan tau donlotnya tapi nggak ketonton-tonton. Huhuhu. Tapi itu Jim Carrey yang main kan ya. Udah pasti bagus filmnya~

      Jangan segampang itu menebak.

      Hapus
  7. Yuhu udah lama gak mampir kesini hahaha.
    Sekalinya mampir, langsung disuguhin review film yang 11-12 sama 500 Days of Summer. Haft. Terus ada bumbu-bumbu Jan Dara nya pula. Hahaha. Ternyata masih sevulgar dulu ya, Cha.

    Annie Hall ini kayaknya bagus. List aja dulu. Kalau gabut, bisa lah streaming pakai wifi kampus HAHAHA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuhuuuu~ Kamu apa kabar, Di? Sibuk kuliah ya? Atau sibuk main sama ayam kampus? Hahahaha. Eh :(

      Alhamdulillah masih, Di. Eh kok alhamdulillah sih? Yha pokoknya gitu lah. Karena konsisten adalah koentji.

      HAHAHAHA. Oke sip! Filmnya bagus kok~

      Hapus
  8. oke fix! udah nggak perlu nonton lagi filmnya. di sini udah dijabarkan secara jelas sama kamu, cha. wqwq
    lumayan, ngirit kuota.
    kalau butuh nonton film, mending main ke blog kamu aja, dijamin lebih memuaskan.

    "Diajak ngobrol aja ena, apalagi diajak ngent...."
    Icha kentang banget, tar kualat loh

    BalasHapus
    Balasan
    1. YAAAAAAH BERARTI REVIEW BAPERKU NGGAK BERHASIL BIKIN PUTI PENASARAN DOOOOOONG. QUCEDILAAAAAA :(

      Iya main ke sini aja, Put. Aku puasin.

      Ahahaha. KENTANG! Kualat itu....

      Hapus
  9. aduh, film baru lagi ya cha?
    manggil udaaaaaa...

    ceritanya emang sengaja di bikin agak mirip dengan 500 summer?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Film yang baru direview baperin di sini sih lebih tepatnya, Mak Ben. Huahaha. Uda, dipanggil Mak Ben, Da....

      Iya nih. Mirip gitu sama 500 Days of Summer. Mengingat kalau Annie Hall ini yang duluan keluar, jadinya 500 Days of Summer yang miripin sama Annie Hall. Coba ditonton, Mak Ben. Bisa buat memahami laki-laki :D

      Hapus
  10. Ya Allah kangen baca review film Icha!
    Seperti biasa, lengkap banget, bikin pingin nonton, tapi takut punya perasaan cinta sekaligus benci sama film ini :(

    Aku mah nunggu blognya Yoga difilmkan aja dah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah, kangen dikomenin sama Dara. Baca blognya Dara. Dara apa kabar?

      Huehehe. Yaudah nggak usah ditonton, Dar. Cona tonton Autopsy of Jane Doe aja. Agak related sama kamu. Ululululu~

      Ahahahaha. Sama! Aku juga nungguin!

      Hapus
    2. COBA! Aaaarrrghhh typo. Ahahahhaaha.

      Hapus
  11. Kalo gua entah kenapa bosen banget dan pusing nonton film ini. Filmnya komedi romantis tapi entah kenapa gua banyak yang gak ngerti, humornya Woody Allen ternyata terlalu tinggi otak gua gak kuat. Tapi pas ending gua ngerti tuh yang jokes tentang telor itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahaha. Kadang gitu...

      Ya, gitu. Kalau di aku, kadang ngerasa bosen juga sih. Alvy ngelontarin banyak jokes yang kita nggak ngerti, ya. Smepat nggak tahan juga sih nontonnya, Fauzy. Cuman kisah cintanya itu yang bikin bertahan. Aku ngerasa related sama Annie Hall. Ya, mungkin film ini bakal dikuat-kuatin nontonnya sama orang yang ngerasa related kali ya. :D

      Ahahaha. Jokes telor aku malah nggak gitu paham. Itu maksudnya gimana? Malah pahamnya yang jokes soal klub gitu :D

      Hapus
  12. Woah, Annie Hall. FIlm ini juga udah aku nonton cha'. Di masa nya film ini banyak meraih penghargaan, termasuk piala oscar.

    Dan adegan yg paling memoriable dn yg paling aku ingat yg itu waktu didadapur lagi nangkep lobser, di beberapa film skarang yg udah aku nonton, ada salah satu film yg aku juga lupa judulnya, ada adegan yg ngikutin bagian nangkep lobster itu.

    Trus bagian pembukanya juga udah bikin ketawa, Alvy singer orngnya mudah depresi, memang karna dulunya tinggal dibawah roller coaster, anjay.

    Iya, aku ngerti kenapa jokes nya di film ini nggk terlalu works cha', karna jokes2 udah nggk cocok sama zaman sekarang. Aku juga ngerasin apa yg kamu rasain cha'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Whoaaa Rey udah nonton Annie Hall. Iya, Rey. Film ini seolah terlahir untuk menang. Kayak kamu. Ululululu~

      Itu keren yaaaa. Romantis bikin senyam-senyum gitu. Annie-nya banyak akal. Sempat-sempatnya mau motoin si Alvy.

      Oh ya? Aku belum pernah nonton kayaknya. Wah. Annie Hall menginspirasi film Indonesia juga ya.

      HAHAHAHA MEMANG TELEQ YANG BAGIAN TINGGAL DI BAWAH ROLLER COASTER ITU SIH.

      Nah iya kan. Makanya kita nggak ngakak gitu nontonnya. Palingan ketawa kecil gitu doang. :D

      Hapus