Mencintai Kamu yang Lain

Beberapa hari belakangan ini aku suka nonton film tentang pernikahan, selain tetap suka nonton film tentang perkawinan. Kalian pasti tau perbedaan antara pernikahan dan perkawinan. Termasuk kakakku. Yang selalu bilang kalau aku harus nikah dulu baru boleh kawin. 

Film tentang pernikahan yang aku tonton yaitu Blue Valentine dan The One I Love. Dua film yang setahun lalu pernah kutonton karena baca tulisannya Tommy yang INI. Dua film yang nggak aku simak banget. Aku malah nyeriusin nonton Dogtooth karena waktu itu aku ngerasa lebih related sama film tentang keluarga disfungsional itu daripada sama Blue Valentine dan The One I Love. 

Sampai akhirnya libidoku naik buat nonton film tentang hubungan pasangan pernikahan. Aku mutusin buat nonton ulang kedua film itu. Alasannya sederhana. Karena pengen nikah. Hehe. Hehe. He...

EH, BUKAN SIH. TAPI KARENA PENGEN TAU KEHIDUPAN PERNIKAHAN DI FILM AJA.

Dan aku dapatin banyak pelajaran dari dua film itu. Dari Blue Valentine, aku dapatin pelajaran kalau nikah itu bukan sekedar ena-ena belaka. Pas masih pacaran mesra, pas udah nikah belum tentu. Banyak masalah yang bisa datang mengganggu. Dari masalah mantan pacar sang istri sampe pekerjaan serabutan sang suami. 

Aku suka beberapa fakta selama pembuatan Blue Valentine. Proses syutingnya sempat tertunda dari umur Michelle Williams, pemeran utama wanitanya itu 21 tahun sampe 27 tahun karena kendala biaya. Pemeran utama prianya, Ryan Gosling, dan Michelle Williams harus menyewa rumah untuk mereka berdua tempati demi mendalami karakter mereka sebagai sepasang suami-istri. Mereka juga harus menurunkan dan menaikkan berat badan mereka demi memainkan adegan masa pacaran dan masa udah nikah. 

Sungguh sebuah totalitas kejingsengan yang patut diapresiasi. 

Tapi aku ngerasa The One I Love lebih bajingseng daripada Blue Valentine sih. Film bergenre drama comedy yang bikin aku seolah kehilangan akal sehat karena ceritanya yang absurd dan aneh. 

Sumber: Google Image

The One I Love bercerita tentang pasangan suami-istri bernama Sophie (Elisabeth Moss) dan Ethan (Mark Duplass) yang datang ke marriage therapist untuk memperbaiki rumah tangga mereka. Beliau nyaranin Sophie dan Ethan buat berlibur ke sebuah villa. Beberapa pasangan suami istri bermasalah yang pernah dikandangkan di sana, begitu pulang, ngerasa kalau hubungan mereka terlahir kembali. Bak korban rayuan Dimas Kanjeng yang dijanjikan uangnya bisa digandakan, Sophie dan Ethan pun tergiur engas ke villa itu demi menumbuhkan kembali benih-benih cinta di antara mereka. 

Sesampainya di sana, ternyata villa itu bukan sekedar villa. Ada hal aneh di sana. Ada ‘kembaran’ mereka atau yang disebut sebagai doppelganger. Doppelganger di film ini dan doppelganger di game werewolf punya pengertian yang berbeda. Kalau di game werewolf, doppelganger adalah pewaris peran dari pemain yang udah mati, maka di film ini doppelganger adalah kembaran Sophie dan Ethan tapi versi udah di-upgrade. Alias Sophie dan Ethan versi lebih baik. Mulai dari segi fisik maupun sifat. 

Nah, dari situlah konfliknya dimulai. Sophie dan Ethan menyelidiki siapa dan apa sebenarnya kembaran mereka itu. Apa mereka itu alien atau roh halus? Tapi lama kelamaan niatan itu berubah haluan. Seenggaknya itu yang terjadi pada Sophie. Perempuan imut dengan rambut pendek menggemaskannya itu jatuh cinta sama doppelganger-nya Ethan. Dan Ethan asli harus berjuang merebut kembali hati istrinya itu. 



Ngomong-ngomong soal merebut hati, review The One I Love dari Niken Bicara Film merebut hatiku. Ini sudah kedua kalinya aku nyeletuk “Anjir, sependapat banget sama lubangan ini satu!” pas baca review-nya setelah dulu pernah ngebaca review My Stupid Boss. Apa yang ditulis Niken bener-bener bisa mewakili apa yang aku rasain. Aku sempat kebingungan mau nulis The One I Love kayak gimana lagi. Tapi untuk film seaneh The One I Love, memang harus dibuatkan review bapernya. 

The One I Love nggak masuk akal, tapi anehnya bikin yang nonton nerima aja gitu. Seenggaknya itu berlaku sama aku. Aku nggak terlalu musingin darimana kembaran Sophie dan Ethan itu berasal. Aku menikmati keanehan itu sambil ngikik geli ngeliat tingkah laku Ethan dan Sophie juga doppelganger-nya mereka itu. 

Sumber: Niken Bicara Film

Mungkin karena saking menikmatinya, aku ngerasa ketakutan habis nonton film bergenre drama komedi ini. Pas browsing soal filmnya, aku ada liat foto Sophie dan Ethan yang lagi senyum. Entah kenapa aku ngerasa ngeri sendiri. Trus aku jadi takut sendirian di kamar. Bawaannya pengen liat sekeliling. Dan tiba-tiba kebayang di depan pintu kamarku ada kembaranku. Ada ‘aku yang lain’ lagi natap aku. 

ANJIR. AKU NGETIKNYA SAMBIL DEG-DEG AN ANJIR. BANGKE AKU TAKUT BAJINGAAAAK AAAAAAAK!!!!

Bikin aku pengen nyumpahin sutradaranya, 

“FILM DRAMA KOMEDI PALKONLU PECAH!”

Tapi bukan berarti aku benci film ini. Nggak. Aku suka banget sama film ini. Dengan modal pemainnya yang cuma tiga orang, trus tempatnya juga cuma di rumah therapist dan di villa, film ini mampu bikin yang nonton ngerasa nggak bosan. 

Dan yang paling utama, aku suka sama ide ceritanya. Seperti halnya aku yang jatuh cinta sama Dogtooth karena mampu menggambarkan gimana jadinya kalau ada keluarga disfungsional parah, The One I Love mampu membawa penontonnya berpikir lebih jauh soal mencintai pasangan apa adanya. Tentunya dengan cara yang aneh. Sama kayak gaya 69 yang aneh tapi mampu memberikan kenikmatan bercinta sampai klimaks. 

Ceritanya yang udah aneh, untungnya nggak didukung dengan karakter di filmnya yang aneh juga. Aku suka karakter Sophie. Istri yang cute. Kalau disandingin sama Ethan, Sophie udah kayak anak kecil binal yang nikah sama orang tua malas hidup. Sebenarnya nggak binal, cuma body-nya itu lho, sintal dan mulus. Tipikal badan sashimi girl, perempuan yang badan telanjangnya dijadiin tempat menyajikan makanan di restoran daerah Blok M, Jakarta. 




Tapi yang paling penting, aku suka Sophie karena dia adalah istri yang tegar. Permasalahannya sama Ethan bikin aku mikir kalau Ethan cukup brengsek juga. Sophie memaafkan Ethan, dan ngusahain banget pernikahannya itu supaya nggak hancur dengan datang ke terapis nikah. Demi mengembalikan rasa saling mencintainya mereka. Sungguh, Sophie adalah istri idaman. 

Rasa sukaku ke Sophie makin nambah pas nonton adegan Sophie jatuh cinta sama Ethan doppelganger. Dari segi penampilan, Ethan doppleganger lebih seger daripada Ethan asli. Dari segi sifat, Ethan doppelganger lebih humoris, lebih romantis, dan lebih antusias sama Sophie. Beda sama Ethan asli yang cenderung kaku. Aku nganggap kalau Ethan asli akhirnya dapat karmanya juga. Aku ngerasa kalau aku jadi Sophie, aku juga bakal jatuh cinta sama Ethan doppelganger. 

Sungguh, aku adalah calon istri yang berpotensi main serong.

EEH. ENGGAK GITU BAJINGAK. 

Dan ya, emang nggak gitu. Karena pas menjelang ending, aku sadar kalau Ethan asli sayang banget sama Sophie. Dan seharusnya Sophie milih Ethan asli karena Ethan asli itu suaminya, sedangkan Ethan doppleganger itu bukan. Lagian juga Ethan doppelganger itu palsu, nggak nyata. 

Ethan asli dan Ethan KW 19.
Pas selesai nonton filmnya, aku juga sadar kalau kita semua pasti pernah berimajinasi liar tentang pasangan kita. 

Bukan, bukan berimajinasi gimana dia melumat bibir kita atau ‘menggoyangkan’ kita. Tapi berimajinasi gimana jadinya kalau pasangan kita itu begini, pasangan kita itu begitu. Misalnya pasangan kita itu orangnya cuek, trus kita berimajinasi kalau dia itu romantis. Kita pasti pernah berpikiran hidup kita bakal lebih bahagia kalau pasangan kita sesuai sama apa yang kita harapkan. Kita ingin sosok pendamping hidup yang sempurna. Hal itu yang coba ditampilkan oleh The One I Love. Ditampilkan dengan cara yang unik, yaitu ngebawa-bawa doppelganger. Sama uniknya dengan film Ruby Sparks yang ngebawa-bawa cerita gadis impian sang penulis yang ditulis di novel jadi nyata. 

Tapi menurutku, makna mencintai dan dicintai yang hakiki bukan itu. Mencintai yang kita harapkan, dicintai sama orang yang sempurna. Bukan. Seandainya kalau mencintai dan dicintai harus bermakna kayak gitu, kita bakal kayak Calvin di film Ruby Sparks, yang selalu ngerasa nggak puas bahkan sama gadis fiksinya sendiri. Kita bakal kayak Sophie yang mencintai orang tak nyata. 

Seandainya aku punya pasangan dan aku malah cinta sama doppelganger-nya pasanganku, mungkin aku nggak bakal tau seberapa besar rasa takut kehilanganku. Aku bakal ngerasa tenang dan baik-baik aja karena mikir, 

“Ah, dia kan selalu nurut sama aku. Dia nggak bakal pergi.” 

Aku bakal nganggap hubunganku datar-datar aja. Bahkan nggak berarti. Karena nggak ada yang aku korbanin, minimal ngorbanin air asin yang mengalir dari mata. 

Aku bakal nggak paham apa itu intuisi atau firasat. Ya sebenarnya nggak paham-paham banget sih. Cuman ya, kalian pernah nggak sih ngerasain dia baik-baik aja, dia nggak selingkuh, dia nggak berpaling, di saat orang-orang pada bilang sebaliknya? Orang-orang yang ngebaca apa yang dilakukan pasangan kalian itu salah. Kalian sempat goyah dan kecewa sama pasangan, tapi keyakinan dalam hati masih ada. Jadi, goyah dan kecewanya cuma sebentar. Pernah nggak sih ngerasain kebajingakan itu? 

Aku bakal...

Ah. Pengen rasanya bisa ngomong, 

“Aku nggak bakal cinta kamu yang lain. Aku cinta kamu yang begini aja.”



You Might Also Like

20 komentar

  1. Aku cinta kamu yang begini aja.
    Ke siapa tuh, cha?
    Sepakat juga sama yg di paragraf 27. Terkadang memang gitu. Padahal kan tidak semua hal sesuai sama keinginan kita.

    BalasHapus
  2. haha iya bener, intuisi dan firasat itu emang nyata. kalau pasangan kita disana selalu jaga perasaan kita, otomatis kita juga bakal ngelakuin hal yang sama.

    Kalo soal yang nggak pernah puas sama pasangan kita, ya itu wajar, karena sifat dasar manusia emang nggak pernah puas, tinggal kitanya aja yang harus pinter2 bersyukur.

    eh, icha udah nggak sama yang dulu yang dikasih topi tulisannya "masih Perjaka" ya?

    BalasHapus
  3. belum pernah nonton 2 film yang kamu sebutin ini karena selera gere film, tapi abis baca ini malah penasaran euy.

    blue valentine kayaknya totalitas banget itu pemainnya. sampe naik turunin berat badan itu syulit loh :')
    kalo film yang kedua, PREMIS MACAM APA ITU?! Gue pikir, dalam 1 vila, mereka dibantai sama pemilik vilanya. Ehe. jadi genre thrliler :'))

    TAPI ITU PREMIS KETEMU DOPPELGANGER JUGA UDAH SEREM. :|

    BalasHapus
  4. Saya pernha ketemu doppelganger di halte busway. Kaget anjir. Pertama ngerasa kayak pernah liat. Ternyata pernah liatnya di cermin. Tapi setelah itu, saya berpikir, kasihan banget dia jadi doppelganger saya. Pasti hidupnya berat. SMP diolok-olok, SMK di-bully, kuliah ditinggal nikah.

    BalasHapus
  5. aku cinta kamu apa adanya...
    xixixixix...

    belom pernah nonton pilemnya cha...kayaknya keren :)

    BalasHapus
  6. Aku pernah baca tentang blue valentine di tumblr kamu cha. Ehhe. Dan sukses bikin aku PENASARAN YAWLAAAAA:(

    Btw itu udh pernh kamu review di sini belom cha? Kok rasanya aku pengen baca tulisan kamu ttg itu ya hahahhaaa

    Ngomong ngomong aku jd mikir juga neh. Kalo ada diriku yg lain lagi ngeliatin aku gimana ya
    SEREM AMAT YAWLAA

    Quotes di endingnya ehem banget. :D

    BalasHapus
  7. hahaha! genre kyk gini emang selalu bikin dag dig dug ser, apalagi ditambah genre horornya, makin dag dig dug. makasih review filmnya mba! kyknya menarik untuk dimasukin to-watch-list.


    btw gue baru post tulisan mengenai mengapa membuat catetan itu penting banget, do check it out if u dont mind! :)

    BalasHapus
  8. Gue gak tau apa-apa soal film yang lu sebutin itu. Apalagi yang ceritanya serem anjis. Masa iya itu istri jatuh cinta sama doppelganger suaminya. Kalau berandai-andai pasangan kita kayak apa yang kita mau itu rasanya aneh dah. Pernah sewaktu SMA gue berharap kalau pacar gue itu tuh orangnya gak perlu cemburuan karena gue emang nggak selingkuh atau bagaimana. Cuma, sekalinya dia berubah dan gak pernah cemburuin gue lagi, gue ngerasa bukan dirinya. Dan ya, sampai akhirnya dia ketahuan selingkuh. Sempak bener lah! :))

    Intinya, sih, terima aja pasangan kita itu kayak gimana. Terima apa adanya dengan syarat dia ke depannya bakalan berubah menjadi lebih baik tanpa ada paksaan dari kita. Asyeq~

    BalasHapus
  9. harus nikah dulu baru boleh kawin
    Hmmm gitu ya caa...


    libidoku
    Ini apa sih ?

    doppelganger. Emang ada ya tokoh itu di were wolf ? AKu baru tauuk..


    Hmm paragraf akhir bikin jlep.
    dia baik-baik aja, dia nggak selingkuh, dia nggak berpaling, di saat orang-orang pada bilang sebaliknya
    Yaallah

    Sedih

    Baper

    Dasar ica tukang bikin baper. wkwkwk

    BalasHapus
  10. Nikah deh, chak nikah. Jangan nontonin film pernikahan mulu.

    Kawin juga deh, chak. Kawin. Jangan nontonin film orang kawin mulu~

    *Lah wkwkw

    BalasHapus
  11. Aku belum pernah nonton film-film yang disebutin diatas, yang The one I love dan Blue Valentine. Hueheu! Dan, baca ini aku jadi penasaran sama kedua film itu. Soal Blue Valentine, totalitas pemeran filmnya bener-bener patut diacungi jempol. Sampe naik turunin berat badan gitu, hwaaa.

    Hmm, yang lain kok bilang serem sih? padahal menurut aku, itu keren kalo ada kembaran-kembarannya gitu, apalagi yang versi upgrade, bisa ngeliat diri sendiri. wkwkw. Aku justru penasaran sama asal muasal kembaran Sophie dan Ethan itu ._.'

    BalasHapus
  12. Sepertinya menarik nih, aku belum pernah tahu filmnya seperti apa. sepertinya mba Icha sering sekali nonton film nih ya.. Setiap jalan2 disini ada aja film yang dibahas dan itu aku baru tahu lagi :)

    BalasHapus
  13. Wah kenapa aku malah takut ya pas baca plotnya? Ini bikin merinding, ceesku Icha.

    Ah ya, menanggapi pertanyaan kamu yang "kalian pernah nggak sih ngerasain dia baik-baik aja, dia nggak selingkuh, dia nggak berpaling..... "

    Aku gak pernah ngalamin itu. Kalau sebaliknya, sering. Citraku di mata perempuan seringkali ternoda oleh mulut-mulut jahat. Tapi.... emang bener sih. Ha ha ha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. NB: Maksudnya bukan citra playboy ya. Melainkan sifat urakanku, yang katanya gak pernah serius.

      Sedih.

      Hapus
  14. diujung cerita itulah yang membuat hati jadi makjleb sekaligus maknyes, soalnya praduga orang terhadapnya justru kebalikannya....kisah yang mantap deh ih

    BalasHapus
  15. Boleh nih buat menu nobar pasutri. Supaya suwami gue dirumah dapat hidayah, mau gimanapun istrinya tetep yang paling oke. Hahaha...
    Eh, suami gue potensi serongnya nol ya. #AsahMandau

    BalasHapus
  16. BAJINGSENG!!!! KATA2 TERAKHIRNYA!!!! AKU GK KEPIKIRAN KMU BKALAN NULIS KALIMAT TERAKHIR YANG KEREN SEPERTI ITU CHA'! GILA!!!
    Walaupun kemesumannya tetap terpancar. Tapi kata2 akhir itu menutupi semuanya.

    Oiya, Film blue valentine itu juga aku setuju, klo pemeran nya lumayan total dalam memerankan karakternya, bahkan sampe haru sewa rumah buat ditinggali berdua, gila. Enak bnget ya jadi aktor kyak gitu...Bdw, mereka sudah punya pasangan gk sih?

    Ide cerita dari the one i love juga sangat unik. Pesan yg kmu tulis dari film ini kyaknya sempurna menggambarkan jalan ceritanya cha'. Tntang tuntutan akan pasangan yg sempurna dan bagaimana kita menghadapinya.

    Overall, saya masih bertanya2 tntang potensi kamu dalam main serong kelak...

    BalasHapus
  17. biasanya orang kawin dulu baru nikah haha

    BalasHapus
  18. wakakakkaakkakakaka.
    gue sering bnget ketemu sama dopplanger gue setiap buka kamar sebelah. jadi gimana tuh, cha? :)))

    baca postingan ini di awal2 ada tulisan dogtooth ku ingin berkata kasar pada mu!
    dasar penikmat libido!

    BalasHapus
  19. WAHHHAHAHAHAHA GUA MALAH GAGAL PAHAM 18+

    BalasHapus