Sebenarnya Itu Karena Aku Mencintaimu, Endang

(POSTINGAN JAMAN DAHULU KALA)
Selasa kupikir akan menyenangkan.
Kalender di dinding menunjukkan tanggal 7. Hmm.. angka kesukaanku. Angka dimana aku dilahirkan di muka bumi ini. Dan angka dimana hubunganku dengan Noor terlahirkan. Setiap hari yang jatuh pada tanggal 7 pasti akan menyenangkan. Pikirku waktu itu.

Jadwal ulangan untuk hari Selasa ini, tanggal 7 ini adalah Bahasa Inggris dan IPS. Untuk Bahasa Inggris, aku sih nganggapnya enteng karena aku ngerasa aku udah belajar. EEh kampreto, ternyata yang selama ini aku pelajari saban malam, ga keluar  ! Apa kada kesal aku heh. Aku kena remidi akhirnya, dengan nilai 64. Excellent. Error recognition bikin lumpuh otak.

Patah hati sih sebenarnya, karena aku kena remidi. Dendam eh kena remidi padahal aku belajar. Yaah bukan rezeki kali ya :D

Tapi lebih patah hati lagi karena…. Sepertinya dan PASTINYA aku bakal kena remidi IPS untuk kesekian kalinya.

Asal tau aja ya, remidi IPS itu sama dengan cari ribut sama empunya IPS, yaitu Bu Endang.
Sang ‘korban remidi’ disiksa dengan hantaman soal soal sepanjang lima meter beserta jawabannya yang panjang pula. Dicambuk dengan omongan pedas menyayat telinga. Dimisteriusin dengan kehadiran ibunya yang suka gentayangan. Dibuat capek dengan mengejar mengejar beliau untuk meminta nilai. Diingat sepanjang masa sebagai anak pemalas. Huuiiiih sadis.

Berulang kali aku jadi korban remidi Bu Endang. Di saat teman teman dengan antengnya membuka buku LKS untuk nyontek di bawah meja, aku malah terpekur menekuni lembar jawaban yang kosong melompong. Tingkat keberanian dan kenekatanku dalam menyontek memang rendah.
Terbukti ketika hasil ulangan dibagikan, nilaiku lah yang menempati di bawah standard. 40 lah, 65 lah. Sudah belajar sedikit sedikit, nyontek juga ga bisa, jadilah aku remidi. Menghadap ibu Endang beberapa hari kemudian di dewan guru.
Bu Endang sampai hapal mukaku. Beliau juga sok-sok akrab manggil namaku dengan sebutan Icha. Biasanya sih guru-guru acapkali memanggilnya dengan sebutan Nisa. Lah ini Icha. Haha.
Terus juga, Ibu nya kadang suka ikut nimbrung kalau aku sama teman-teman lagi ngobrol gitu. Beliau ikut cekakak-cekikik bareng kami. Beliau mengidap penyakit tekanan darah tinggi. Makanya suka marah marah hebat kalau lagi bad mood. Kalau liat Bu Endang, jadi teringat mamaku di rumah. Bagai pinang dibelah dua.
Sekarang yang kupikirkan, APAKAH AKU AKAN REMIDI IPS? Sudah pasti jawabannya IYA TENTU SAJA.

Mengingat bahwa lembar jawabanku gersang waktu itu, hanya nomor 1 dan 2 yang kuisi dari 5 soal essay. Menyedihkan, mana nomor 1 itu katanya salah lagi jawabannya. Diprediksi nilaiku akan mencapai 4,5, dan so pasti aku remidi again. Oh Tuhan, jangan lagi kau berikan musibah ini T.T

Lagi lagi nanti aku akan bertemu dengan Bu Endang lagi. Diceramahin lagi, dikasih soal banyak panjang lagi, huuuu aku ga bisa membayangkannya. Bu Endang pasti udah enek melihat wajah imutku terpampang di dewan guru.

Aku sampe terbawa mimpi perihal masalah ini . Berikut sekelebat mimpinya :

Aku berada di sebuah padang rumput, memakai baju matador, membawa lembar jawaban IPS (gilak! Emangnya aku mau ngapain ni? Pake baju matador lagi?)
Tiba tiba tampak sosok wanita bergaun putih, dialah Bu Endang
Aku menghampirinya, menggenggam tangannya, lantas saling bertatapan.
Dengan tersipu malu, aku berkata, “ Sebenarnya, Endang.. aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Ini sangat penting. “
Bu Endang bingung, lalu menjawab, “ Katakan saja,Pangeran Icha.. Kau ingin minta remidi lagi? Silahkan. Tapi jangan sekarang. Aku lelah letih lesu lunglai lemah, 5L”
(Iklan Sangobion numpang lewat)
“Bukan, bukan minta remidi. Aku sudah lulus toh? Eh eh sebenarnya, aku pinter aja sih, ga perlu remidi… Selama ini, aku telah meembohongimu, aku ikut remidi bukan karena nilaiku jelek, tapi….”
“Tapi, tapi apa?” Bu Endang sontak membelalakkan mata
“Sebenarnya, semua itu karena aku suka padamu. Aku senantiasa ingin dekat denganmu.Aku mencintaimu, Endang…”
Lalu kami berpelukan. membentuk siluet cinta.

Aaarghhh aufff!!

You Might Also Like

0 komentar