Susah Terhubung

Kak Ira kangen buat terhubung kembali sama bioskop di Samarinda. Di Bontang tempat dia jadi pengabdi rupiah itu nggak ada bioskopnya. Jadi wajar pas dia pulang ke Samarinda, malamnya dia nonton Jumanji: Welcome To The Jungle, terus dia mau-mau aja aku ajakin nonton lagi besoknya. Yaitu nonton Susah Sinyal.

Mau nonton Ayat-Ayat Cinta 2, tapi aku nggak mau merusak semangat menjadi perempuan mandiri akibat nonton Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Soalnya Ayat-Ayat Cinta 2 berisi sekumpulan perempuan cinta sama Fahri daripada cinta sama diri mereka sendiri.

Yaudah, aku milih nonton Susah Sinyal, film komedi drama keluarga. Aku favoritin film model begitu. Bahkan aku mikirnya kalau Susah Sinyal ini bakal jadi film bangsat yang bikin aku berngakak-ngakak dahulu, berbaper-baper kemudian. Seru banget pasti kalau kayak gitu, apalagi kalau ada temennya. Apalagi kalau sama Kak Ira yang orangnya juga ekspresif. 

Valerie Thomas mirip Sofia Vergara iya nggak sih?
Susah Sinyal bercerita tentang ibu tunggal bernama Ellen (Adinia Wirasti) yang pekerja keras yang menumbalkan kebersamaannya dengan anaknya, Kiara (Aurora Ribero), si pecandu Instagram. Hubungan mereka sebagai Ibu dan anak nggak dekat karena Ellen sibuk mengais rezeki menjadi pengacara. Untungnya walaupun Kiara cukup judes dan pemberontak, tapi tumbuh besar sebagai remaja yang berbakat berkat kasih sayang dari Nenek Agatha (Niniek L. Karim). Hubungan Kiara dan Neneknya itu dekat layaknya Miguel dan Mama Coco di film Coco. Nenek Agatha jadi sahabat yang bisa Kiara ajak ngobrol apapun, mulai dari media sosial sampai film favorit. 

Sayangnya, Nenek Agatha meninggal dunia. Meninggalkan Kiara dengan Ibunya, yang udah dia anggap sebagai musuhnya sendiri. Meninggalkan Kiara dan mimpinya, yang dia pikir nggak ada yang ngedukung mimpinya itu selain Nenek Agatha. Mimpinya menjadi pemain biola. 

Eh, menjadi penyanyi deng. Kalau pemain biola itu Keira. Keira-nya Ayat-Ayat Cinta 2.

Sampai akhirnya Ellen memutuskan buat menciptakan quality time sama anaknya, dengan liburan ke Sumba. Sumba is heaven

Sialnya, di sana susah sinyal. Padahal mereka punya urusan yang mengharuskan adanya sinyal kuat. Kiara dengan audisi online-nya, Ellen dengan urusan pekerjaannya sebagai pengacara. Mereka berdua susah terhubung dengan urusan mereka masing-masing, tapi hal itu yang ngebuat mereka saling terhubung. Dan seperti layaknya sinyal, keharmonisan mereka hilang timbul karena konflik yang mereka hadapi selama liburan maupun sesudah liburan.

Mengontrol anaknya lagi subscribe akun yutub apa aja.
Aku belum pernah nonton dua filmnya Ernest Prakasa sebelumnya, yaitu Ngenest dan Cek Toko Sebelah. Pas nonton Susah Sinyal, aku suka sih. Ernest pake drama keluarga buat filmnya. Itu jadi ciri khasnya dia yang aku suka, mengingat rata-rata film yang ada komikanya itu biasanya tentang kejombloan. Ugh.

Yang aku suka juga, Ernest Prakasa kayak nggak serakah dengan selalu dia yang jadi pemeran utama. Ernest ‘mengalah’ sama Adinia Wirasti. Nggak memilih buat jadi pemeran utama, di mana dia bisa aja tetap memunculkan drama keluarga yaitu hubungan kurang harmonis antara Ayah dan anak. Dia milih buat jadi Iwan, sahabat sekaligus rekan kerja Ellen, yang tengah ‘dihantui’ tetek bengek resepsi pernikahannya. 

Aktingnya Adinia Wirasti bagus. Kesan ibu tunggal hasil bercerai sama suaminya dapet banget. Pas sama Ernest kelihatan emang kayak udah lama sahabatan, pas sama Aurora Ribero emang kayak ibu dan anak. Kalau kata Kak Ira, Ellen adalah tipe ibu yang nge-treat anaknya nggak sesuai umur, dengan cara ngambil asumsi terburuk dari setiap kejadian yang dialami anaknya. Nggak bisa memenuhi kebutuhan kasih sayang anaknya. Beda sama Neneknya yang nge-treat Kiara dengan kepercayaan dan dukungan, Ellen nge-treat Kiara dengan nggak nyantai, terlalu serius. 

Badannya juga nggak nyantai anjir. BAGUS BANGET. HOT MOM. MONTOK DAN SINTAL. BIKIN AKU DAN CEWEK-CEWEK SUSAH SINTAL LAINNYA JADI IRI AAAAAAAAAAK.

Outfit yang dipake sama Adinia Wirasti juga bagus. Bikin aku mikir kalau Ellen adalah pengguna setia Vanish white. Dia hobi bet banget pake baju putih. 

Aku suka film ini. Tapi... suka aja. Kesan baper yang mau dimuncratkan dari drama ibu-anaknya nggak nyampe ke penonton, seenggaknya ke penonton kayak aku. Jokes-nya mendominasi. Film ini benar-benar dikuasai sama jokes-nya yang munculnya sering. Jokes-nya sebagian besar bikin ngakak, tapi ada juga sih yang menurutku garing. Tapi nggak segaring, “Kalau aku mati, usus aku keluar, masukin lagi ya,” yang ada di film Rafathar juga sih.

Walaupun porsi komedinya jadi kayak ngaburin drama ibu-anaknya, tapi aku nggak nganggap kalau itu adalah kekurangan dari Susah Sinyal. Aku suka jokes-nya yang bikin ngakak sambil mukulin Kak Ira di sampingku. Semua komika di situ kompakan menembakkan senjata mereka, ngebuat penonton ngakak sampai ngerasa kopong kehabisan tenaga. Paling bangsat dan membekas sampai sekarang yaitu adegan wartawan ngajuin pertanyaan. Receh amat anjir aku ngakak sampe keluaran airmata pas adegan itu. Pertanyaan dan muka serius yang ditanyainnya itu bener-bener bangsat! HAHAHAHAHAK.

Tapi... Ge Pamungkas dan Angie menurutku annoying bener anjir. Kadar kelucuannya turun dan aku pasang muka ih-apaan-sih pas mereka muncul. Ge Pamungkas seperti biasa, ekspresif, dan karakternya juga ngedukung dia buat seekspresif itu. Sebenarnya lucu sih tapi.... kalau misalnya pasangannya Ge di situ bukan Angie, mungkin aku nggak ngerasa terganggu. Bikin kesel aja sumpah. Rasanya pengen teriakin mereka, 

“HEH! NGGAK PUAS APA SOK SWEET DI INSTAGRAM PAKE SOK SWEET DI FILM SEGALA LAGI HHHHH!!!!”

Tapi aku puas aja sih sama komedinya, kecuali sama dramanya. Kayak.... Gitu doang? Nggak mau kurang drama lagi nih? Belum nangis akutu!

Begitu juga dengan cinta-cintaannya Kiara sama Abe (Refal Hady), salah satu karyawan di hotel tempat Kiara dan Ellen menginap. Gregetan anjir. Bikin aku penasaran, ini si Abe ada rasa juga nggak sih sama Kiara?

Persis banget rasanya pas lagi penasaran sama isi hati gebetan. 

Abe si hitam manis uuuuh~

Kurang puasnya aku sama dramanya, bikin aku susah terhubung sama filmnya. Walaupun sehabis nonton, aku tetap punya pemikiran liar sih. 

Susah Sinyal bikin aku mikir kalau kita kadang harus jatoh dulu pada momen di mana ada orang lain yang punya masalah mirip kayak kita dan orang itu dapat hasil yang buruk dari masalahnya. Lalu kita ngerasa relate dan sekuat tenaga mencegah supaya kita nggak kayak orang itu. Keingintahuan Kiara akan Ayahnya pun, bikin aku mikir kalau bukan cuma Kiara yang menutup diri, tapi ternyata Ellen juga.

Sampai di sini, aku jadi terhubung ke ingatanku. Ingat ucapan Kak Ira pas kami selesai nonton.

“Kamu nggak baper sama Kiara-Ellen, karena kamu nggak ngerasa relate sama mereka, Cha. Kamu yang sibuk kerja, Mamamu yang di rumah.”

Ya, mungkin itu alasan terkuat kenapa aku susah terhubung sama Susah Sinyal kali, ya.

You Might Also Like

12 komentar

  1. saya juga paling suka nonton film Bioskop, Kalau ke Makassar jalan jalan sama Istri saya Pasti sempatin ke Mall Pannakukang Makassar untuk nonton Film Terbaru, Terakhir dulu nonton filmnya Molulo dan Pengabdi Setan dan Target minggu ini nonton Film Ayat Ayat Cinta 2

    BalasHapus
  2. Kenapa kamu belum nonton CTS cha? Hah, kenapaaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkakaka. Waktu itu udah mau nonton CTS di bioskop, tapi kepengaruh sama yang bilang kalau CTS B aja. Karena sayang duit akhirnya batalin rencana nonton. SEKARANG JADI NYESEL DEH, JUNG HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.

      Hapus
    2. Waktu itu saya juga kemakan omongan orang yang bilang biasa aja. Setelah saya tonton, menurut saya itu bagus, sih. Mungkin karena saya merasa relevan punya masalah sama ayah. :')

      Entahlah. Tapi saya akui, CTS dan Ngenest termasuk bagus. Walaupun akting Ernest kalah sama tokoh yang lebih senior. Ya iyalah. Bahkan, Ernest sendiri bilang kalau dirinya pasti gitu-gitu aja dalam akting.

      Hapus
    3. Wkakakakaka. Kita masih mudah terpengaruh sama review dari orang lain ya, Yogs.

      Iya memang sih. CTS sampai banyak dapat penghargaan kan ya. Ernest menurutku rendah hati, nggak maruk kayak komika lainnya. Yuhuuu~

      Hapus
  3. Karya nya Ernest emang tentang keluarga banget, ya keluarga itu penting, sosialisasi primer semua individu.
    Tinggal bagaimana diangkatnya saja, jadi cerita yang menarik.
    Lebih setuju nonton ini 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku suka tuh kalimat "Sosialisasi primer semua individu." Ehehehe.

      Hapus
  4. ((KANAL PELEPAS KEENGASAN))

    Maunya gitu, May. Tapi kasihan juga dia pulang mulu. Capek di jalan. Jadi terserah dia deh mau pulang kapan aja. Aku selalu siap buat di-booking dia. XD

    Wkakakaka ternyata kamu meng-ehehehekan Critical Eleven ya, May. Aku pikir kamu suka-suka aja. Aku salah menilai.

    ANJIR IYA AKU BARU SADAR TERNYATA DIA YANG MAIN DI GALIH DAN RATNA. PANTESAN KAYAK PERNAH LIHAT DI MANA GITU. Ya mungkin karena tuntutan peran juga makanya iteman gitu. Dia ceritanya di situ jadi pemuda asli Sumba.

    BalasHapus
  5. Atas gw poto profilnya cantik tapi agen poker wqwqwq

    "Sumba is heaven" kenapa di copas di sini!!! Gw jadi bacanya niruin bule di filmnya!! "SUMBA SAVERN"

    Ea, gw setuju bgt Angie-Ge annoying di film ini, kayak mendingan gak ada juga gapapa deh. Terus, Ernest jadi Iwan dengan konfliknya kayak jadi side-kick gitu gak sih yang menurut gw gak terlalu penting juga buat ceritanya tapi bagus buat komedinya. Hmmm, apalagi ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Taek. Dasar mata keranjang belanjaan buibu!

      Huahahaha iya, ya. Si Sofia Vergara kawe itu ngucapnya bule abis. Cepet gitu wkakaka.

      Yash akhirnya ada yang setuju juga sama aku dan Kak Ira. Mungkin untuk nambah komedinya sih. Nah yang Iwan itu lucu sih, dia ngolok-ngolok kecinaannya. Mamanya cici-cici bawel gitu anjiiiiiir.

      Apalagi hayooooo~

      Hapus